You are here:

Tokoh Wirausahawan Sukses

Tokoh Wirausahawan

Tokoh Wirausahawan Sukses – Ciputra merupakan salah satu tokoh wirausahawan sukses yang memulai kerajaan bisnisnya mulai dari nol. Ia lahir pada tanggal 24 Agustus 1931, di Parigi, Sulawesi Tengah. Masa masa kecil Ciputra dihabiskan di kota kecil tersebut. Masa–masa tersebut merupakan masa yang sangat sulit bagi Ciputra dan saudara-saudaranya.

Sejak tahun 1944, Ciputra harus kehilangan ayahnya. Ayah Ciputra yang bernama Tjie Siem Poe menghilang sejak ditangkap oleh sekelompok gerilyawan. Tjie Siem Poe dituduh sebagai mata-mata Jepang.

Menginjak remaja, Ciputra pindah ke Kota Manado. Ia meneruskan pendidikannya hingga lulus SMA. Ciputra meninggalkan Sulawesi menuju ke Pulau Jawa. Ciputra diterima berkuliah di Jurusan Arsitektur Institut Teknik Bandung. Saat belum tamat pendidikan tinggi, Ciputra dan beberapa teman kuliahnya sudah membentuk sebuah usaha jasa konsultan arsitektur.

Taman Impian Jaya Ancol

Pada tahun 1960, Ciputra berhasil menyelesaikan kuliahnya dan mendapat gelar insinyur (sekarang sarjana teknik). Ciputra kemudian memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Suatu keputusan yang cukup berani karena pada awal dekade 60-an, suasana ibu kota Jakarta sangat panas oleh suhu politik. Namun, keputusan Ciputra untuk pindah ke Jakarta ibarat sebuah perjodohan dengan Ali Sadikin, Gubenur Jakarta yang dilantik oleh Presiden Sukarno pada tahun 1966. Ali Sadikin merupakan gubernur Jakarta yang memiliki perhatian cukup besar untuk menyediakan berbagai sarana dan fasilitas umum bagi warga masyarakat.

Dalam masa pemerintahan Ali Sadikin, pemerintah daerah Jakarta mengadakan beberapa proyek fasilitas umum, yaitu Taman Ismail Marzuki, Gelanggang Remaja (di beberapa tempat di Jakarta), Kebun Binatang Ragunan, dan Taman Impian Jaya Ancol. Selain fasilitas umum, Ali Sadikin mencetuskan program perbaikan kampung. Program perbaikan kampung merupakan salah satu program terbaik yang pernah dilakukan oleh pemerintah daerah Jakarta.

Taman Impian Jaya Ancol adalah ide Ali Sadikin terhadap sebuah tempat hiburan dan rekreasi keluarga bagi masyarakat kota.

Dalam proyek pembangunan taman hiburan inilah, Ciputra mulai terlibat penuh dalam berbagai proyek pengembangan Kota Jakarta. Untuk pelaksanaan proyek, Pemda Jakarta membentuk PT. Pembangunan Jaya. Proyek Taman Impian Jaya Ancol merupakan proyek bertahap. Saat didirikan pada tahun 1966, Pembangunan Jaya masih berbentuk Badan Pelaksanaan Pembangunan Jaya Ancol, bagian dari birokrasi pemerintah daerah.Pada tahun 1992, Badan Pelaksana Pembangunan Jaya dibubarkan. Sebagai penggantinya, dibentuk PT. Pembangunan Jaya dengan jumlah saham sebesar 80% dimiliki oleh Pemda Jakarta dan sisannya dimiliki oleh PT. Pembangunan Jaya. Di PT. Pembangunan Jaya, Ciputra pernah menjabat sebagai salah satu direktur hingga komisaris.Ali Sadikin merupakan gubernur yang tegas dan keras. Saat menjabat sebagai gubernur Jakarta, Ali Sadikin terkenal sebagai pejabat yang jujur dan bersih. Keterlibatan Ciputra dalam berbagai proyek yang dicetuskan oleh Ali Sadikin memang seperti suatu kebetulan. Namun, Ciputra dapat menunjukan kapasitas dan integritas dirinya saat menangani proyek Taman Ancol, bahkan Ciputra diberi kebebasan untuk berinovasi.

Mengembangkan Kerajaan Bisnis

Terlibat dalam proyek pembangunan Ancol, membuat Ciputra dapat mengumpulkan modal untuk mengembangkan usaha bisnisnya. Ciputra sangat fokus dalam mengembangkan bisnis sesuai dengan keahliannya, yaitu bisnis properti.  mulai merancang beberapa proyek perumahan hingga kota mandiri. Ciputra mulai membangun perumahan elit di Jakarta Selatan. Proyek ini diberi nama Perumahan Pondok Indah.

Untuk mencukupi modal proyek, Ciputra bekerja sama dengan beberapa pengusaha, seperti Sudono Salim dan Sudwikatmono. Mereka kemudian membentuk konsorsium bernama Metropolitan Grup. Pondok Indah merupakan perumahan cukup prestisius di Jakarta. Bahkan, nama Pondok Indah menjadi toponim daerah tersebut.

Selepas perumahan Pondok Indah, Ciputra dan Metropolitan Grup memulai sebuah proyek yang lebih prestisius lagi. Ciputra mulai merancang kota mandiri yaitu sebuah pemukiman baru yang cukup luas dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung (seperti sekolah, perkantoran, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan), hingga segala aktivitas warga yang bermukim tidak usah dilakukan jauh dari rumahnya.

Proyek tersebut bernama Kota Mandiri Bumi Serpong Damai. Konsep kota mandiri merupakan suatu solusi terhadap kebutuhan perumahan untuk kelas menengah ke atas akibat pesatnya arus urbanisasi ke Jakarta pada dekade 70-an hingga 90-an. Pengembangan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai melibatkan para ahli tata kota dan arsitek agar pemukiman baru tersebut dapat nyaman ditinggali oleh penghuninya.

Pada tahun 1990, Ciputra akhirnya mendirikan kelompok usaha untuk keluarganya. Sebelumnya, Ciputra telah menjadi tokoh wirausahawan sukses yang memang telah berhasil mengembangkan Grup Metropolitan dan Grup Jaya (pengembangan dari PT. Pembangunan Jaya).

Dengan berdirinya Ciputra Grup, Ciputra dapat seratus persen mengembangkan konsep bisnis yang ia miliki. Pendirian Ciputra Grup juga menjadi awal dari berdirinya berbagai yayasan yang ditujukan untuk kegiatan sosial dan pengembangan kewirausahaan.

Ciputra dan Majalah Tempo

Majalah Tempo merupakan salah satu majalah terbaik yang ada di Indonesia. Majalah ini pernah mencapai tiras hingga 103.700 eksemplar di tahun 1984. Salah satu pendiri majalah ini adalah Goenawan Mohamad, salah satu pencetus manifesto kebudayaan bersama dengan Taufik Ismail, H.B Jassin, dan Arief Budiman (Soe Hok Djien).

Manifesto kebudayaan (manikebu) muncul pada bulan September 1963 sebagai reaksi atas agresivitas Lembaga Kebudayan Rakyat (Lekra) yang mempolitisasi pendidikan dan perkembangan kebudayaan untuk kepentingan agitasi Partai Komunis Indonesia.Goenawan Mohamad bertekad memiliki majalah sendiri, terutama setelah ia dipecat dari Majalah Ekspres pimpinan B.M Diah. B. M Diah, yang baru saja ditunjuk oleh Ali Moertopo (menteri penerangan zaman Orde Baru) menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia, tidak berkenan dengan pernyataan Goenawan yang tidak mendukung keputusan Ali Moertopo.Dasar pernyataan Goenawan karena PWI sebenarnya telah memiliki ketua baru hasil kongres yaitu Rosihan Anwar. Sebenarnya Goenawan sendiri yang mendirikan Ekspres pada tahun 1969, namun karena B.M Diah adalah investor utama majalah tersebut, maka Goenawan memiliki kewenangan yang terbatas.

Pada tahun 1971, majalah yang dikehendaki oleh Goenawan, yaitu Majalah Tempo muncul untuk pertama kali.

Proses lahirnya Tempo cukup alot. Goenawan dan kawan-kawannya berdebat cukup panjang dengan salah satu investor utama Tempo , yaitu Ciputra.Goenawan bersikeras dengan konsepnya untuk membuat majalah baru, padahal Ciputra menyarankan agar majalah baru konsep Goenawan digabung saja dengan Majalah Djaja (dibaca Jaya), sebuah majalah bentukan pemerintah daerah Jakarta. Akhirnya, majalah baru tersebut terbit juga. Kemunculan Tempo cukup menggebrak dunia jurnalistik di Indonesia. Periode terbit mingguan membuat para wartawan Tempo dapat mengembangkan jurnalisme investigasi dengan baik. Berbagai laporan investigasi cukup membuat gerah banyak pihak, tidak hanya pemerintah, namun juga pihak swasta termasuk Ciputra sendiri.

Beberapa kali Ciputra mendapatkan kritik cukup pedas dari Majalah Tempo , namun toh Ciputra tidak sedikit pun berniat mengintervensi majalah tersebut. Inilah salah satu sikap besar yang dimiliki Ciputra. Walau dikritik oleh media yang dibiayainya, tak pernah Ciputra merasa sakit hati.

Universitas Ciputra

Setelah melepaskan jabatan direktur di PT. Pembangunan Jaya pada tahun 1966, Ciputra mulai mengurangi porsi mengurus bisnis. Namun, bukan berarti Ciputra hendak hidup santai. Ciputra mulai mengembangkan kegiatan pendidikan kewirausahaan Kegiatan ini adalah bentuk dari kepedulian Ciputra terhadap rendahnya jumlah pengusaha di Indonesia.Di negara-negara maju, jumlah pengusah dapat mencapai 20%, dan ini sangat baik bagi pertumbuhan ekonomi yang kuat (dan tidak tergantung penuh pada pemerintah), sedangkan di Indonesia jumlah pengusaha kurang dari 10% dari jumlah seluruh penduduk di Indonesia. Berbagai program pendidikan kewirausahaan digulirkan Ciputra melalui beberapa yayasan yang ia bentuk bersama dengan anggota keluarganya.

Pada tahun 2006, salah satu program pendidikan kewirausahaan menjadi program pendidikan formal saat Universitas Ciputra didirikan di Surabaya. Universitas ini dikelola oleh Yayasan Pendidikan Ciputra, dan diklaim sebagai universitas kewirausahaan ( entrepeneurship university ).Universitas Ciputra memiliki empat fakultas dan sembilan progam studi. Ciputra merupakan tokoh wirausahawan sukses yang menjadi sumber inspirasi kewirausahaan. Seminar motivasi yang ia berikan lebih berisi dan bukan omong kosong belaka. Ciputra adalah tokoh wirausahawan sukses bagi masyarakat, terutama anak muda, mereka lebih mempercayai konsep-konsep pengembangan diri yang diberikan oleh Ciputra.

 

  • Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
  • Jika Kamu ingin berdonasi untuk Anak Yatim dan Dhuafa, Silahkan Klik Disini.