Site icon Sahabat Yatim

Tips menjadi ibu rumah tangga dan wanita karir

Ini dia tipsnya untuk para ibu yang ingin tetap mengurus anak dengan baik tapi juga sambil berkarir, Yuk simak kisah para ibu ini:

1.Beralih ke Part Time

Seruni Rahayu (28), Pengajar Bahasa lnggris
dan Pemilik Online Shop, bunda dari Adam(2)

Saya memutuskan beralih dari kerja fulltime ke kerja paruh waktu sebagai guru Bahasa Inggris di sebuah lembaga kursus bahasa anak-anak. Keputusan itu datang ketika Adam terkena infeksi usus kronis, dan dirawat selama seminggu di rumah sakit.

Setelah part time, saya merasa punya lebih banyak waktu dengan Adam sekaligus, akhirnya, bisa mengnrus online shop saya. Jadi, pagi-pagi sebelum suami berangkat kerja, saya siapkan kebutuhan suami. Setelah itu saya nongkrong di depan komputer mengurus online shop sambil mengawasi Adam sarapan bersama baby sitter.

Selesai mengurus klien, saya main dengan Adam sampai makan siang bersama. Pukul 1 siang, barulah saya berangkat kerja saat Adam terlelap tidur siang.

Tips menjadi ibu rumah tangga dan wanita karir

2.Dukungan Keluarga dan Gadget

Chia Harijanto,28, baru menyelesaikan S2 psikologi – SDM,
ibu dari&ksan (5) dan Kiera (3)

Dua tahun bukan perjalanan singkat bagi seorang ibu, dengan dua anak balita, untuk menyelesaikan pendidikan S2. Tanpa support system yang baik, berupa dukungan ibu saya dan suami, rasanya mustahil. Saya kuliah penuh setiap Jumat dan Sabtu Selain itu, saya bekerja paruh waktu sebagai staf SDM. Saya sempatkan mengantar-jemput anak ke sekolah dan ke tempat les. Ketika anak-anak di sekolah, saya manfaatkan waktu untuk membaca buku di perpustakaan kampus.

Laptop sahabat terbaik. la ikut ke manapun saya pergi, sehingga saya dapat mengerjakan tugas kuliah di mana pun, sambil menemani anak-anak ditaman bermain atau menunggu mereka les. Di rumah, saya sempatkan waktu bermain bersama mereka. Setelah makan malam dan menidurkan anak, inilah waktu saya bersama buku, jurnal dan laptop. Seringkali suamigantian menyuapi atau menidurkan anak sehingga saya bisa konsentrasi mengerjakan tesis.

3.Kuncinya kerjasama

Made Henie Kusumayati Sania (28),
dokter, ibu dari Abi (8 bulan)

Sebagai orang Baii, saya punya seabrek kesibukan dengan upacara adat, di samping praktik sebagai dokter umum, urusan rumah tangga dan anak. Saya memutuskan untuk tidak menggunakan jasa pengasuh meski sayatahu risikonya repot. Syukur, suami, ibu dan mertua selalu membantu. Kami bisa bekerja sama dengan baik.

Kalau saya sedang mempersiapkan segala sesuatu untuk upacara adat bersama ibu dan mertua, suami
menjaga anak. Saya masih bisa memberi ASI di sela-sela kesibukan praktik dokter. Ketika harus jaga saya menyetok ASl di rumah. Nanti ibu saya yang akan memberikan ASI perah kepada Abi. Selain itu, setiap pagi sebelum bertugas, saya meyempatkan diri membuat puree untuk Abi.

4. Membawa  Anak kemanapun

Kiki Widyasasti (29), Kadiv Komunikasi dan Publikasi AlMl
Jawa Timur, bunda dari Kirana (2) dan Razqa (2 bulan)

Saya memutuskan untuuk berhenti bekerja dan aktif di AIMI- Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. Untuk urusan anak, saya bersyukur karena kegiatan di AIMI sangat fleksibel, memungkinkan saya membawa anak ke manapun. Sejak lahir, Kirana (2) sangat lengket dengan saya. Ia tidak mau dengan siapa pun. termasuk bapaknya. Saya tidak punya baby sitter untuk Kirana, jadilah ke mana-mana kami selalu berdua. Asisten di rumah membantu membereskan rumah, tapi untuk anak, saya yang ‘pegang’ sendiri. Sukses menyusui Kirana hingga 2 tahun, saya melahirkan putra kedua, Razqa, Oktober 2011 lalu.

Disamping AIMI, saya juga aktif di arisan. pengajian, dan berjualan produk bayi secara online.Saya pilih kegiatan yang fleksibel soal waktu dan memungkinkan saya membawa serta anak saya.

Majalah Ayahbunda

 

Exit mobile version