Tari Manjora Manari Lenso Maluku Rakyat Maluku rerlahir untuk bergembira ber musik bernayanyi dan menari segala hal pantas di rayakan. Pesta pernikahan, panen cengkeh, tahun baru.dan menyambut tamu. Menarilah lombo (lembut) dengan lenso (saputangan putih).mudah, tak perlu takut salah. Manjora (ayolah)! Tua muda, pria, wanita, turun ke arena. Bahkan tamu, yang semula tak tahu, sekali dua mengikuti, langsung bisa. “Menari lenso jadi tari pergaulan mulai negeri (kampung ) hingga akhirnya Presiden Soekarno mengunjungi Maluku, 1952. Beliau ikut menari bersama rakyat. Simpati pun meluap karena menari lenso sederhana, tapi mengikat hingga sangat popular. Tari lenso melambangkan kedamaian. Balengang, goyang ke sana kemari seperti burung menangkap ikan di lautan dalam ombak besar. dan kecil dengan badendang Manise-manise, Kole-kole” tutur Mans Muskita (ZS), peterjun payung wanita pertama Indonesia dan ketua Lembaga Kebudayaan Maluku.
Tari Manjora Manari Lenso Maluku
Kesan pertarma itu begitu mendalam. Ketika pada awal 1960-an Bung Karno menasionalisasi, menyederhanakan tari tradisional. melepas unsur etris yang dianggap menghambat proses cepat apresiasi, tari lenso jadi salah satu pilihan favorit. ia bahkan menciptakan lagu khusus iringan tari lenso, Bersuka Ria yang dilantunkan Bing Slamet dan Titi ek Puspa : ” mari kita bergembira /Suka ria bersama/Hilangkan sedih dan duka/ mari bernyanyi bersama”
Secara tradisi. tari lenso yang juga dikenal warga minahasa di sulawesi Utara dan Tengah merupakan tari pergaulan. Semua silakan berbaur. Kadang, kala menyambut tamu atau berpentas, penarinya wanita saja. “mereka mengenakan pakaian pesta, Nono Rok. Kebaya panjang putih lengan panjang bermanset (dengan kancing-kancing), cole (kutang berenda), rok lipit dan kaus kaki Putih.” urui Samuel wattimenan. perancang busana yang sedang mengangkat tetnun maluku. Pelengkap utama, saputangan putih bersih, bertepi renda atau
neci yang sudah dikelantang (dicuci dengan sabun, dibilas, direndam campuran
sagu, dijemur, dibilas lagi, dijemur lagi) dan disetrika.
Setelah mengantar tamu, tiba saatnya menari lenso bersama, para jojaro (pemudi) itu berbaur. Bila lelah, bisa istirahat sambil menikmati minuman dan penganan ketan unti. ketan durian, klappertaart, brruder, tulband, koningskroon, cucur, wajik, ampas terigu (roti serat kasar).Biasanya pesta dan menari lenso berlangsung sirmpai pagi, sekuatnya. Kalau tak pulang pagi berarti pestanya kurang menarik.
“Waktu hujan sore-sore/kilat sambar pohon kanari, /E jojaro deng mongare/mari dansa deng manari /Pukul tifa toto buang/kata balimbing di kereta/nona dansa dengan tuan/jangan sindir nama betaE menari sanbil goyang badanee/Menari lonmbo pegang lenso manisee/rasaramai jangan pulang duluee………..”
ayooooo berwisata ke maluku ini mengasikan….!!!!!!!!!! terima kasih