Resiko kehamilan diusia 40-an tahun ke atas

Resiko hamil di usia 40 tahun keatas

Saya kaget banget waktu tahu hamil.Maklum, usia saya kala itu 42 tahun. Saya memang saat itu tidak mens cukup lama. Saya
mengira itu pertanda sudah masuk menopause. Tapi saya coba-coba juga untuk tes kehamilan sendiri, yang hasilnya positif. Karena tidak percaya, saya beli testpack merk lain yang lebih mahal. Eh, masih positif juga. Wah, saya langsung takut campur senang, mengingat faktor “U”.

Suami, Sigid Nurkusumo A.I, juga kaget tapi ia gembira mendengar berita itu. Ibu saya jelas senang, karena beliau menginginkan saya punya anak lebih dari satu. “Kasihan anaknya, nggak punya teman,” katanya. Teman-teman kaget dan heran. Bahkan ada yang meledek ibu tua hamil muda, hahaha… Kebetulan di kantor waktu itu ada tiga orang ibu hamil. Entah kenapa, diam-diam saya iri dan dalam hati mengatakan, “Seandainya saya masih bisa hamil.” Eh, tak tahunya hamil. Aneh benar…

Saya mendapatkan si sulung dengan susah. Jadi, saya merasa tak perlu ikut program KB. Saya juga sudah mengubur keinginan punya anak lagi dengan mengatakan ke semua orang, kalau saya cuma ingin punya anak satu. Kebetulan si sulung Diko Anand Prasetyomo juga tak mau punya adik atau menuntut punya adik. Tapi ternyata Tuhan punya rencana. Saya segera ke dokter kandungan, memastikan kebenaran tes kehamilan itu. Kebetulan salah satu teman melahirkan anak pertama di usia 43 tahun. Saya minta kontak dokter yang menanganinya, dan ternyata saya juga cocok dengan dokter tersebut. Dokternya sangat suportif. Menurut dia, kalau Tuhan masih memberi kehamilan, artinya Tuhan masih memberi kekuatan untuk melahirkan secara normal. Saya memang tidak mau melahirkan caesar!

resiko hamil di usia 40 tahun keatas

Saya’hamil kebo’, begitu menurut orang Jawa, sama seperti kehamilan pertama. Saya tidak mengalami ngidam, morning sickness, atau mengalami hal-hal yang aneh selama hamil. Saya bahkan tidak pernah bolos kerja satu hari pun dengan alasan kehamilan. Kata teman dekat, saya justru semakin ambisius saat hamil, hahaha. Saya tak mengubah jadwal makan, hanya menambah susu hamil, yang sumpah, saya tidak suka banget. Pada dasarnya saya memang tidak suka susu. Porsi makan saya yang biasanya sedikit, juga tidak berubah. Hanya jenis makanannya yang saya pilih benar agar memenuhi syarat gizi. Berat badan saya juga cuma naik 9 kilogram sampai saat melahirkan. Dan, putri saya, Jovita Anand Prasista, lahir cukup besar: 3 kilogram lebih

 majalah ayahbunda, Didin P Ambardini, Pemimpin redaksi media tahu hamil.

 

  • Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
  • Jika Kamu ingin berdonasi untuk Anak Yatim dan Dhuafa, Silahkan Klik Disini.

Warehousing & Storage
Services

Careful storage of your goods

View details

Custom Transport
Solutions

Complex logistic solutions for your business

View details