Robot itu mereka rangkai sendiri dipandu tiga mahasiswa semester empat dari Fakultas Teknik Industri Jurusan Elektro Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS).
Supaya anak-anak memahami, seorang pemandu, Asa Taufiqurrahman melalui proyektor memperlihatkan video beberapa contoh jenis robot, antara lain, robot berbentuk manusia yang bisa bersalaman dan mendeteksi wajah.
Ada robot Nao juga berbentuk manusia, robot animal (binatang) berkaki empat.
Robot animal ini tidak jatuh ketika ditendang oleh manusia, serta robot drone yang bentuknya seperti helikopter atau pesawat terbang.
Ada 82 anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dan berstatus yatim (tak punya ayah) se-Kabupaten Tuban ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
Pemandu dari ITS membagi anak sebanyak itu menjadi delapan kelompok.
Masing-masing kelompok diberi satu robot berbentuk seperti tamiya, namun, rodanya hanya ada dua.
Bagian depan robot diberi styrofoam yang bisa bergerak dan berfungsi untuk menendang bola tenis meja.
Untuk menggerakkan roda dan bagian styrofoam, otak robot dilengkapi remote control yang disambung menggunakan kabel.
Satu buah baterai berkapasitas 9 voltage menjadi energi penggerak ditaruh di sela-sela komponen.
Asa menyebutkan, komponen yang bisa menggerakkan sistem kerja robot antara lain, otak robot berfungsi mengontrol atau mengendalikan arah.
Otak robot ini dihubungkan kabel ke remot dan roda. Saat digunakan praktek anak-anak, robot soccer itu belum dilengkapi penutup bagian dalam.
“Ini rangkaian robot sederhana, khusus untuk pembelajaran awal. Biaya pembuatan robot ini tidak begitu mahal, hanya sekitar dua ratus ribu rupiah,” ujar Asa.
Seorang anak Sanggar Jenius yang menjadi pimpinan kelompok, Kevin Adi terlihat bersemangat merangkai robot tersebut.
Dibantu seorang temannya, ia pun paling cepat menyelesaikan perangkaian robot dibanding kelompok lainnya.
Siswa kelas V ini mengaku, kegiatan merangkai robot itu baru pertamakali diikuti.
Ia merasa senang karena bisa belajar secara langsung sembari bisa memainkan robot tersebut.
Ia bersama anggota kelompoknya memainkan robot itu secara bergantian, setelah itu bertanding melawan kelompok lain untuk memasukkan bola ke gawang.
“Suatu saat, saya harus bisa menciptakan robot sendiri,” kata Kevin usai memainkan robot soccer tersebut.
Kegiatan belajar merangkai robot diselenggarakan oleh pihak Yatim Mandiri dalam rangka memberikan pengetahuan teknologi kepada anak-anak binaannya.
Yatim Mandiri merupakan lembaga yang membawahi Sanggar Jenius.
Kepala Bidang Program Yatim Mandiri Tuban, Siswanto mengatakan, penyelenggaraan memberikan pengetahuan, pemahaman, dan mendekatkan anak yatim terhadap teknologi kekinian, yakni berupa robot.
“Harapannya, mereka punya mimpi besar. Anak yatim tidak hanya memiliki mimpi kecil,” katanya. (*)
- Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
- Jika Kamu ingin berdonasi untuk Anak Yatim dan Dhuafa, Silahkan Klik Disini.