Artikel kali ini akan membahas profil perusahaan penerbangan di Indonesia. Salah satu maskapai penerbangan yang paling terkenal di Indonesia merupakan Garuda Indonesia. Perusahaan ini termasuk maskapai penerbangan nasional Indonesia. Garuda merupakan nama burung dalam legenda pewayangan.
Garuda Indonesia masuk dalam maskapai penerbangan bintang empat dari Skytrax. Hal ini berarti Garuda memiliki kinerja dan kualitas pelayanan yang baik. Pada 2012, Garuda berencana bergabung dengan aliansi penerbangan SkyTeam.
Profil Perusahaan Garuda Indonesia:
Sejarah
Pada zaman penjajahan Belanda, tepatnya pada 1940-an, sejarah Garuda Indonesia berawal. Pada saat itu, Garuda mengudara dengan pesawat DC-3. Hari jadi Garuda yaitu tanggal 26 Januari 1949. Saat itu nama maskapai penerbangan ini merupakan Indonesian Airways dan pesawat pertamanya yang bernama Seulawah atau “Gunung Emas”. Nama ini diambil dari nama gunung yang terkenal di Aceh.
Sumbangan dari rakyat Aceh adalah sumber dana untuk membeli pesawat ini. Pada awal berdirinya maskapai penerbangan ini, pemerintah Burma banyak membantu Garuda. Kemudian pemerintah Indonesia menyumbangkan sebuah pesawat DC-3 kepada pemerintah Burma pada saat maskapai ini diresmikan sebagai perusahaan, yaitu tanggal 31 Maret 1950.
Ketika mulai dirintis, Garuda hanya memiliki 27 pesawat.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 1953, jumlah pesawatnya bertambah menjadi 46. Pada 1956, Garuda membuka jalur penerbangan ke Mekkah.
Garuda Indonesia mengalami kemajuan pesat pada 1960-an. Pada masa ini, Garuda membuka jalur penerbangan ke Hongkong. Empat tahun kemudian, muncullah era jet. Perusahaan ini membuka jalur penerbangan ke Eropa, tepatnya Belanda dengan pesawat DC-8. Garuda mempunyai dua pesawat baru yaitu pesawat jet Convair 990 dan pesawat turboprop Lockheed L-118 Electra pada 1965.
Pada 1970-an, Garuda membeli jet kecil DC-9 dan Fokker F28. Waktu itu, Garuda mempunyai 36 pesawat F28 dan menjadi operator pesawat paling besar di dunia untuk jenis pesawat tersebut.
Selain itu, perusahaan ini juga membeli pesawat badan lebar seperti Boeing 747-200B dan McDonnel Douglas DC-10-30. Kemudian pada 1980-an, Garuda mengadopsi perangkat yang berasal dari Airbus seperti A300. Pembelian selanjutnya yaitu pada 1990-an dengan Boeing 737, 747-400, Airbus A330-300, dan McDonnel Douglas MD-11.
Saat krisis ekonomi tahun 1997, maskapai ini mengalami kondisi finansial yang sulit.
Garuda sama sekali tidak melakukan penerbagan lagi ke Eropa dan Amerika. Tetapi, beberapa tahun kemudian, yaitu pada 2000-an, masalah ini dapat diatasi dan mencoba bangkit kembali dari keterpurukan. Keadaan finansial perusahaan ini kembali stabil. Pada masa ini juga, Garuda membuat anak perusahaan bernama Citilink.
Perusahaan ini menyediakan fasilitas penerbangan murah dari kota Surabaya ke sejumlah kota lain di Indonesia. Masalah kembali muncul ketika jatuh sanksi Uni Eropa yang melarang seluruh maskapai penerbangan Indonesia (termasuk Garuda) menerbangi rute Eropa.
Beberapa waktu kemudian, Garuda Indonesia akhirnya diperbolehkan kembali melakukan penerbangan ke Eropa, tepatnya tahun 2010. Rute yang dibuka kembali adalah Jakarta-Amsterdam. Profil Perusahaan Garuda Indonesia: Quantum Leap
Pada Juli 2009, Garuda Indonesia meluncurkan rencana ekspansi 5 tahun bernama Quantum Leap atau Lompatan Quantum. Rencana ekspansi ini merupakan respons atas dicabutnya larangan terbang Uni Eropa terhadap beberapa maskapai penerbangan Indonesia, termasuk Garuda Indonesia.
Rencana ekspansi ini mencakup mengubah desain pesawat, seragam para staf, dan penambahan armada serta pesawat. Quantum Leap juga menyebabkan Garuda Indonesia menambah rute penerbangannya dari 41 rute menjadi 62 rute (domestik dan internasional).
Pada pelaksanaannya, Garuda Indonesia akan mengubah desain Airbus A330-243 dengan tampilan baru.
Satu tahun kemudian, maskapai ini juga membuat seragam baru untuk pramugari/pramugara dengan motif batik dan kebaya. Dalam 5 tahun ke depan, Garuda berencana menambah armadanya menjadi 116 pesawat.
Pada 2011, Garuda mengenalkan menu masakan baru, yaitu tempe. Pengenalan ini diawali dengan penerbangan ke Jepang. Mengapa Jepang? Jepang dipilih karena tempe yang disajikan dibuat oleh orang Indonesia yang tinggal di Jepang. Selain itu, lidah orang Jepang sudah terbiasa dengan tempe dan memahami khasiatnya untuk kesehatan tubuh manusia. Profil Perusahaan Garuda Indonesia: Kelas-Kelas Penerbangan
Melalui Quantum Leap, Garuda Indonesia berusaha membuat dirinya sejajar dengan beberapa maskapai internasional, seperti Air France, Singapore Airlines, dan KLM. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pelayanannya dengan mengaplikasikan sistem hiburan Audio Video on Demand terkini di setiap kursi, khususnya dalam penerbangan jarah jauh.
Dalam penerbangan jarak jauh juga, kursi-kursi kelas bisnis bisa diubah menjadi tempat tidur yang nyaman.
Inilah dua kelas penerbangan Garuda Indonesia serta pelayanannya.
1. Kelas eksekutif
Kelas ini menggunakan pesawat A330 seri -300 dan -200. Dalam kelas ini, penumpangnya dapat menikmati fasilitas Flat-Bed seats yang dapat disandarkan sampai 180 derajat dan memiliki ruang kaki seluas 74″, sangat nyaman untuk penerbangan jarak jauh. Kursi ini juga dilengkapi dengan sandaran tangan yang nyaman,LCD layar sentuh, AVOD, lampu baca, dan colokan laptop; semuanya itu bisa dinikmati secara pribadi oleh setiap penumpang.
Selain itu, kelas ini juga menggunakan pesawat Boeing 747-400 serta Boeing 737. Kedua pesawat ini masih menggunakan kursi lama yang belum berstatus Flat-Bed seats. Kursi penumpang di Boeing 747-400 memiliki panjang 16″ dengan ruang kaki seluas 46″ sampai 48″. Adapun kursi di pesawat Boeing 737 memiliki panjang 19″ dengan ruang kaki seluas 41″ sampai 44″. Terdapat TV di setiap kursi pada beberapa unit pesawat.
2. Kelas ekonomi
Untuk kelas ekonomi, semua jenis pesawat yang ada digunakan. panjang kursi pada kelas ekonomi adalah 17″ dengan ruang kaki antara 30″ sampai 35″; tergantung jenis pesawatnya. Khusus untuk pesawat Airbus A330-300, Airbus A330-200, dan Boeing 737-800, kursi kelas ekonomi ini lebih baru dan terdapat layar sentuh LCD ukuran 9 inci dengan fasilitas AVOD di setiap kursi.
Baik dalam kelas ekonomi maupun kelas eksekutif, berbagai jenis makanan dan minuman ditawarkan. Jenis-jenis makanan dan penawarannya tergantung pada durasi penerbangan tersebut. Khusus untuk penerbangan internasional, ditawarkan juga bir dan anggur. Profil Perusahaan Garuda Indonesia: Insiden-Insiden yang Pernah Terjadi
Profil perusahaan Garuda Indonesia diwarna insiden-insiden kecelakaan yang terjadi pada tahun-tahun tertentu. Terjadinya insiden ini bukan berarti bahwa Garuda Indonesia tidak berusaha maksimal. Sebagai maskapai penerbangan nomor satu, tentu pelayanan dan keamanan adalah aspek-aspek utama yang harus dipentingkan. Akan tetapi malang tak dapat ditolak, beberapa insiden terjadi dengan berbagai sebab. Inilah beberapa di antaranya:
Pada tanggal 7 Maret 2007 lalu, insiden kecelakaan menimpa penerbangan Garuda Indonesia yang hendak mendarat di Bandara Adi Sutjipto Jogjakarta. Pesawat ini mengalami keluar landasan, lantas terbakar lalu meledak. Dari 140 orang yang ada di dalam pesawat (133 orang penumpang dan 7 orang awak), 22 orang di antaranya meninggal dunia. Kecelakaan ini disinyalir terjadi karena kesalahan pilot.
Pada tanggal 22 November 2004, terjadi insiden pada seorang kapten Garuda Indonesia, yakni Sri Hardono. Beberapa waktu setelah tinggal landas dari Bandara Supadio Pontianak, ia mengeluh sakit dan meminta izin kepada menara pengawas untuk kembali mendarat ke bandara tersebut. Tak lama setelah mendarat, Hardono meninggal akibat serangan jantung.
Pada tanggal 17 Januari 2002, sebuah pesawat Garuda Indonesia melakukan pendaratan darurat di Bengawan Solo. Dalam insiden ini, satu orang awak pesawat meninggal dunia.
Itulah informasi seputar profil perusahaan penerbangan Garuda Indonesia. Semoga bermanfaat!
- Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
- Jika Kamu ingin berdonasi untuk Anak Yatim dan Dhuafa, Silahkan Klik Disini.