You are here:

Pengusaha Garmen

Sejarah Pengusaha

Menjadi pengusaha garmen memang tak ada matinya. Ya, pengusaha yang bergelut di dunia usaha garmen memiliki penghasilan cukup lumayan. Bisnis garmen adalah salah satu peluang usaha yang sangat menjanjikan dan cukup populer di Indonesia. Oleh sebab itulah, banyak orang yang beralih profesi menjadi pengusaha garmen.

Bergelut menjadi pengusaha garmen memang memiliki prospek sangat bagus sebab bisnis garmen termasuk bisnis yang berhubungan dengan kebutuhan pokok manusia (sandang, pangan, dan papan). Selama masih hidup, setiap orang akan terus membutuhkan pakaian untuk menutupi tubuhnya, untuk bekerja, untuk memenuhi life style , untuk beribadah, dan lain sebagainya.

Peluang Emas Menjadi Pengusaha Garmen

Bagi para pengusaha yang masih bergelut di bisnis konveksi, mempunyai sebuah pabrik garmen adalah sebuah impian. Untuk mewujudkan impian tersebut, tentunya diperlukan modal, usaha, kerja keras, waktu, dan visi yang sangat kuat. Ituah faktor-faktor yang harus dimiliki untuk bisa mengembangkan sebuah usaha konveksi menjadi sebuah industri garmen.

Nah, bagi yang berminat dan tertarik merintis bisnis garmen, sebaiknya Anda melakukan riset tentang segala hal yang berhubungan dengan usaha garmen. Contohnya, jika berniat untuk membuka usaha distro atau clothing , hal utama yang wajib dipikirkan yaitu seperti apa peluang usaha di bidang garmen berbasis distro. Analisislah peluang-peluang usaha tersebut.

Selain itu, jangan pernah takut untuk menggeluti usaha garmen karena dijamin tidak ada matinya. Di tahun-tahun yang akan datang, kebutuhan pakaian di dunia diprediksi akan meningkat sampai 15 persen. Sebuah pasar yang sangat potensial, bukan? Oleh sebab itu, jangan lagi menunda kesempatan emas ini atau kita akan menyesal karena terlambat bersaing.

Meskipun tingkat persaingan usaha garmen akhir-akhir ini dapat dikatakan cukup ketat, kita jangan pernah takut dan pesimis. Selama ada kemauan, lebih kreatif, dan inovatif, maka Anda pun akan memiliki sesuatu yang berbeda dari pengusaha lainnya.

Pengusaha Garmen dengan Omzet Puluhan Juta

Setiap ada usaha, pasti di situ ada jalan. Itulah prinsip hidup Bernart Ferry Ferdinand. Dirinya tak pernah sekali pun menyia-nyiakan kesempatan sampai akhirnya sukses jadi seorang pengusaha garmen dengan penghasilan sekitar 40 juta rupiah per bulan.

Tak pernah sedikit pun terpikirakan oleh Ferry bahwa dirinya akan menjadi pengusaha sukses seperti yang saat ini ia rasakan.

Pria yang biasa dipanggil Ferry ini memulai usahanya dari nol. Dirinya mampu membuktikan bahwa dengan modal niat dan kerja keras, setiap orang bisa meraih kesuksesan.

Ferry yang kini bekerja full time sebagai teknisi di salah satu stasuin televisi nasional ini menjadikan bisnis garmen sebagai usaha sampingannya. Walaupun hanya sebuah usaha sampingan, bisnis garmennya ternyata lebih menjanjikan dan menghasilkan untung lebih besar daripada penghasilannya sebagai karyawan.

Usaha yang sudah bertahun-tahun ia jalani ini berawal dari proyek kecil-kecilan. Pada waktu itu, di kantor tempat Ferry bekerja, banyak karyawan yang memesan pakaian secara massal untuk keperluan kantor seperti jaket. Tanpa pikir panjang, Ferry memberanikan diri untuk mengerjakan proyek pemesanan kantornya tersebut.

Ferry pun akhirnya memutuskan membuka sebuah toko garmen. Setelah sukses membuka toko garmen pertama di Bandung, ia pun mulai melebarkan sayap dengan membuka toko garmen cabang terbaru di daerah Margonda, Depok. Kini, Ferry memiliki 12 orang karyawan, 8 orang di Bandung dan sisanya di Depok. Bandung dijadikan tempat produksi bisnis garmennya, sedangkan cabang Margonda, Depok, hanya berfungsi sebagai toko pemasaran produk-produknya.

Ferry mengaku usaha garmennya ini tak pernah sepi dari orderan. Selalu saja ada banyak pesanan, baik dari kalangan mahasiswa ataupun karyawan kantor. Keuntungan kotor yang diperoleh dari usaha toko garmen yang bernama Nine Zero ini yaitu 35 juta rupiah per minggunya.

Bagi Ferry, kepuasan konsumen merupakan harga yang tak ternilai. Ketika ada konsumen yang komplain, dirinya seperti terdorong untuk melakukan yang lebih baik lagi. Selain itu, dalam berbisnis, semua orang pasti pernah mengalami pasang surut. Sama halnya seperti apa yang dialami oleh Ferry yang juga mengalami pasang surut dalam berbisnis. Pria yang besar di Bogor ini mengatakan bahwa sejak didirikan pada 2006 lalu, usaha garmen Nine Zero belum pernah sekali pun mengalami kerugian berarti.

Johanes Daloma – Korban PHK Berhasil Jadi Pengusaha Garmen

Ada banyak pengusaha yang sukses di bisnis garmen, salah satunya adalah Johanes Daloma. Bermodalkan uang pinjaman dari kerabat dan pengalaman kariernya, Johanes Daloma mencoba untuk membangun usaha garmen sendiri. Salah satu merek produknya, yaitu Andre Laurent, saat ini dikenal sebagai salah satu pencetak penjualan paling besar pada kategori pakaian pria di jaringan Matahari Departement Store.

Bagi yang sering belanja di Matahari Departement Store, pasti tidak asing lagi dengan Andre Laurent, sebuah merek pakaian pria. Produk-produk Andre Laurent yang terdiri atas kemeja, jas, jaket, dan celana panjang, memenuhi rak-rak pakaian di pusat perbelanjaan milik Grup Lipo tersebut.

Merek pakaian pria ini memang cukup bersaing ketat dengan merek lainnya seperti Cardinal, Executive, dan Lawell. Tapi, merek Andre Laurent mampu eksis dan bertahan di tengah persaingan tersebut. Bahkan, kinerja merek pakaian pria yang berusia puluhan tahun ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Awal Kisah Menggeluti Bisnis Garmen

Johanes Daloma dikenal sebagai Presiden Direktur PT Bumi Pusaka Adhi Perkasa (BPAP), sebuah perusahaan yang mengelola merek Andre Laurent. Johannes Daloma menceritakan bahwa beridirinya perusahaan ini diawali dengan kepahitan. Sebelum bergelut dalam bisnsi garmen, Johanes dan teman-teman sekantornya di-PHK alias kehilangan pekerjaan. Tempat mereka bekerja, PT Dua Perintis yang memegang merek Executive 99 mengalami kebangkrutan karena terjadinya krisis ekonomi pada waktu itu.

Pria yang dulunya bekerja di Dua Perintis sebagai tenaga pemasaran garmen akhirnya memutuskan membuka perusahaan garmen. Johanes mengajak teman-temannya di Executive 99 untuk bergabung dalam bisnis barunya. Perusahaan yang dikenal dengan BPAP ini berdiri pada 1985, bersamaan dengan dilikuidasinya Executive 99. Pada saat itu, Johanes merekrut 30 orang karyawan, mulai dari staf sampai tukang jahit.

Untuk modal awalnmya, ia mendapatkannya dari keluarga dan sebagian lagi dari pemasok. Sementara itu, lokasi produksinya adalah di sebuah rumah di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat. Ketika itu, perusahaan garmennya hanya memiliki mesin Butterfly Singer yang memakai motor tempel.

Perkembangan Usaha Garmen Johanes Daloma

Setelah sekitar 1,5 tahun mengalami perkembangan yang cukup pesat, lokasi produksi garmen perusahaan ini pindah ke pabrik di daerah Pulogadung. Sementara itu, merek pertama yang dibuat PT Bumi Pusaka Adhi Perkasa adalah Lu Cent, sedangkan merek Andre Laurent diluncurkan pada 1988.

Selain itu, BPAP pun mengembangkan sebuah merek bernama Stefanel yang tujukan khusus untuk seragam kantor. Ada juga merek Junior yang ditujukan bagi anak-anak. Kini, Andre Laurent yang ditujukan bagai kalangan menengah ke atas adalah merek andalan dari BPAP, sedangkan Lu Cent ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah.

Selain di pasar nasional, BPAP juga sempat bermain di pasar ekspor seperti Malaysia, Australia, dan Belanda. Menurut Johanes, hambatan mengembangkan bisnisnya ke pasar ekspor adalah konsentrasi untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal menjadi terpecah sebab perusahaannya relatif belum terlalu besar. Di sisi lain, standar permintaan untuk memasuki pasar ekspor sangat detail dan tinggi. Misalnya, dari Australia masih ada order sekitar 500 sampai 1000 potong.

Selian pasar ekspor, Johanes pun mulai mencoba segmen anak muda untuk lebih mengembangkan usahanya. Selama ini, merek Andre Laurent memang dikhususkan untuk kalangan profesional. Seiring meningkatnya target pasar untuk kalangan young generation , Johanes akan membuat Andre Laurent versi young generation

Itulah kisah sukses pengusaha garmen. Jadi pengusaha garmen? Siapa takut!