Tulisan ini merupakan otobiografi pengusaha sukses , Ir. Ciputera yang telah malang melintang di dunia konstruksi Indonesia. Ciputera mengawali kegiatan usahanya dengan membuka konsultan arsitektur bangunan sesuai dengan bidang yang digelutinya di Institut Teknologi Bandung (ITB). Kecerdasannya dalam berbisnis sudah tidak ada yang meragukannya lagi. Sudah beberapa perumahan dengan konsep kota mandiri didirikannya di beberapa kota besar di tanah air. Ia tidak pernah setengah hati dalam menjalankan bisnisnya.
Jiwa Bak Layar Terkembang
Ir. Ciputera memulai bisnisnya ketika ia masih berusia sangat muda dan masih menempuh semester VI. Bersama seorang rekan membuka kantor disebuah garasi. Namun apa yang terjadi sekarang? Sekitar 20 anak perusahaannya telah berdiri dan mempunyai sekitar 14.000 karyawan. Ia yang merasa harus melakukan sesuatu dengan apa yang ia punya. Imajinasinya yang terus membayangi kehidupannya memang harus ia realisasikan. Seperti seorang pemimpi yang terus berusaha mencari sandaran agar mimpi itu terwujud.
Kepala akan terasa pusing kalau sampai impian dan mimpi itu hanya tergantung dalam angan-angan. Ia yang pandai bergaul dan mengkomunikasikan keinginannya kepada orang lain, mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Kalau orang lain baru bisa bermimpi, Ciputera telah berusaha merealisasikannya. Mungkin orang lain akan menganggap ide itu adalah ide gila. Namun, dengan melihat kesungguhan dan keuletan laki-laki keturunan Cina ini, orang mulai yakin dan membiarkan mimpi Ciputera terwujud.
Tentu saja Ciputera tidak membawa khayalan semata.
Ia yang sangat tahu bagaimana menggambar dan bagaimana membuat suatu bangunan bisa didirikan, telah membuka mata banyak orang bahwa apa yang telah direncanakan itu cukup masuk akal dan bisa diwujudkan. Inilah yang membuat banyak orang mendukung apa yang ada di kepala Ciputera. Meyakinkan orang dengan cara memberikan fakta dan bukan hanya mimpi adalah satu teknik mengkomunikasikan mimpi kepada banyak orang.
Kesuksesan Ciputera memang bukan tanpa perjuangan. Ia memang layak membagi cerita dalam otobiografi pengusaha suksesnya ketika ia jatuh bangun dalam membangun dan mengembangkan bisnisnya tersebut. Adalah PT. Ciputera Development yang awalnya hanya dikelola oleh lima orang menjelma menjadi perusahaan raksasa bidang konstruksi yang diakui bukan hanya di dalam negeri namun juga luar negeri. Sayap bisnisnya sudah melebar kemana-mana.
Jatuh bangun dalam memperjuangkan mimpi ini memang sedap didengar ketika orang yang jatuh bangun itu sedang berada di puncak. Ia dengan santai mengungkapkan bagaimana bangkit dari keterpurukan. Padahal ketika ia sedang mengalaminya, masa itu bagaikan menelan jarum kecil-kecil satu per satu. Hentakan ujung jarun itu begitu sakit merobek usus. Rasa kepala pun berat dan rasanya napas menjadi tidak lega. Di ujung terowongan yang diharapkan hanyalah sedikit cahaya.
Tubuh lemas dan pikiran terkadang tidak bisa terpusat. Bagi orang sekelas Ciputera, kegelisahan semacam itu mungkin tidak akan lama berlangsung karena otaknya selalu mencari cara penyelamatan yang paling jitu yang tidak akan merusak tatanan yang telah dimulai. Rasa sakit dan sara frustasi itu bercampur dengan rasa ikhlas menerima semua keadaan. Bangkit berdiri dan mulai lagi adalah sesuatu yang sebenarnya sangat sulit dilakukan. Hanya karena memikirkan masa depan dan mimpi yang telah dibangun selama bertahun-tahunlah yang memberikan semangat luar biasa.
Tidak ada seorang pengusaha pun yang belum pernah gagal.
Tanpa kegagalan, ia tidak akan mampu bangkit dengan kecepatan yang luar biasa. Orang yang gagal itu harus mengejar ketertinggalan sehingga ia tidak bisa berpangku tangan. Ia harus mencari celah apapun dan seberapa besarnya pun agar ia bisa masuk dan merasakan nikmat kesuksesan seperti orang lain. Kerja sama yang dilakukan bersama dengan pihak-pihak pemegang saham pun terus dilakukan.
Pada saat telah sukses, pasti banyak orang yang mendekat. Tidak perlu merasa kecil hati karena sebenarnya pada saat ada orang yang meremehkan walau dalam hati, Tuhan akan langsung bertindak. Hanya orang yang mempunyai hati merendahlah yang mampu memaknai apa yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Ciputera sangta tahu potensi dirinya dan lingkungannya. Ia pun mendirikan perumahan dengan luas yang cukup fantastis, yaitu diatas 100 hektar atau bahkan diatas 200 hektar.
Ciputera membangun kota mandiri itu sebagai salah satu upaya mengurangi beban kendaraan yang akan lewat di tengah kota Jakarta. Di perumahan itu, semuanya ada. Mulai dari pasar hingga kebutuhan lainnya. Sistem kluster yang diterapkan memungkinkan orang untuk menyesuaikan harga rumah dengan kondisi keuangan yang mereka persiapkan. Tidak heran kalau ada beberapa bentuk rumah dengan ukuran yang sedang hingga yang cukup kecil seperti tipe 21.
Besarnya perumahan yang dibangun oleh Ciputera membuat kompleks perumahan itu benar-benar seperti kota baru.
Mungkin bisa dikatakan sebagai sebuah kecamatan baru. Ini juga yang menyebabkan pemerintahan daerah seperti Palembang tidak menerbitkan sertifikat hak milik kepada pemilik rumah yang ada di perumahan milik Ciputera yang ada di Talang Kelapa, Palembang. Kalau untuk investasi mungkin masih bisa. Namun, bagi yang tidak mempunyai uang banyak, mereka berpikir panjang untuk membeli rumah di Citra Grand City itu.
Lingkungannya memang bagus. Sarana hiburan, pendidikan, kesehatan, ibadah, apalagi taman yang indah, bersih, dan begitu terawat, semua ada. Namun, kalau tidak ada sertifikat hal milik, artinya harga tanah dan rumah di perumahan itu jauh lebih mahal dari harga awal. Biaya balik nama itu tidak sedikit. Perusahaan milik Ciputera tidak takut kehilangan pembeli. Mereka tetap menjalankan roda bisnis dengan apa adanya. Buktinya adalah peminat perumahan yang ditawarkannya cukup banyak.
Citra Raya yang ada di Tangerang maju pesat. Perumahan yang tertata rapi ini menjadi suatu percontohan bahwa kalau mau ditata, sebuah kota itu akan terlihat memesona. Kehidupan akan berjalan damai dan mudah. Semua fasilitas kehidupan ada di dalam perumahan itu. Penghuni perumahan hanya membutuhkan energi yang tidak banyak untuk mendapatkan semua yang mereka mau. Pasar tradisional yang bersih juga ada di Citra Raya Tangerang tersebut. Perbankan dan Jamsostek pun ada.
Masa Kecil
Benar orang bilang bahwa kesuksesan tak mungkin diraih tanpa kerja keras, keprihatinan, dan kerja cerdas yang mengiringinya. Hidup dari sebuah keluarga yang sederhana—dengan tidak menyebut miskin—Ciputera kecil sudah merasakan pahit dan getirnya hidup. Nama kecilnya Tjie Tjin Hoan. Lahir di Parigi, Sulawesi Tengah, 75 tahun silam. Ciputera merupakan anak terakhir (bungsu) dari tiga bersaudara. Di usianya yang masih sangat belia, yakni 6 tahun harus hidup bersama tante-tantenya yang terkenal bengis dan tanpa ras-rasan.
Ciputera kecil selalu mendapatkan jatah pekerjaan yang kotor dan menjijikkan yang entah disengaja atau kebetulan, seperti misalnya membersihkan kotoran ludah. Namun sebaliknya, disaat ada jatah yang enak-enak misalnya makan es krim, dan sebagainya. Ciputera selalu kebagian jatah belakangan dan ironisnya hanya dikasih sisanya saja.
Namun ternyata hal-hal demikian ia jadikan sebagai ujian hidup yang karenanya seseorang akan bisa dilihat berhasil atau tidak di kehidupannya kelak. Dan ternyata benar, Ciputera telah bisa membuktikan bahwa kesuksesan yang diraih saat ini secara langsung atau tidak langsung buah dari kerpihatinannya dulu.
Meraih Sukses
Berawal dari sebuah kantor kecil di garasi ketika masih di Bandung, Ciputera remaja mengukir kariernya di bidang konstruksi. Setelah dirasa ada kemajuan, ia yang kala itu telah menikah dengan gadis asal Manado, Dian Sumeler memutuskan untuk hijrah ke Jakarta, di Kebayoran. Karena belum mempunyai tempat tinggal yang tetap, ia pun harus rela berpindah dari losmen ke losmen.
Berkat kerja kerasnya perusahaannya di bawah bendera PT. Ciputera Development semakin berkibar dan makin banyak disegani oleh perusahaan lain yang sejenis. Ia pun mulai banyak mendirikan anak-anak perusahaan yang baru, hingga kurang lebih berjumlah sampai 20 anak perusahaan.
Namun krisis yang terjadi tahun 1997 banyak menghambat langkah bisnisnya. Tiga grup perusahaannya yakni Metropolitan Group, Ciputera Group, dan Jaya Group terkena imbas krisis sampai hampir collapse. Namun berkat kegigihannya ia berhasil bertahan dan malah semakin berkembang.
Selain Ciputera ada banyak otobiografi pengusaha sukses yang wajib Anda baca dan kemudian jadikan sebagai inspirasi dalam meretas jalan bisnis Anda.