Geliat Lagu Pop Jawa Semakin Mendapat Tempat Di Masyarakat
musik pop Jawa makin akrab di telinga kita pada 20 tahun belakangan ini. Lagu pop Jawa merupakan perpaduan dari berbagai genre aliran musik modern yang dipadu dengan musik tradisional jawa, baik yang berupa gending maupun langgam.
Selain itu, instrumen musik yang dipergunakan pun dipadukan. Mulai dari gamelan, kendang, seruling, hingga keyboard dan gitar listrik. Karena adanya perpaduan ini, maka musik pop Jawa lebih dikenal dengan sebutan campursari.
“Arsitek” Pop Jawa
Pelopor yang mempopulerkan lagu pop Jawa ini adalah Manthous, seorang pria kelahiran Playen Gunungkidul, Yogyakarta. Pada awal 1990-an, dia membuat Grup Musik Campursari Majulancar yang kemudian berubah menjadi Grup Musik Campursari Gunung Kidul (CSGK).
Pada awalnya, penyanyi lagu pop Jawa ini adalah sinden yang memang punya suara bening, jernih, dan tinggi. Namun, dalam perkembangannya, biduan lagu pop Jawa tidak melulu sinden.
Beberapa artis penyanyi dangdut lokal akhirnya banyak juga yang membuat album lagu pop Jawa. Bahkan, perkembangan terakhir, banyak grup musik dangdut yang akhirnya berubah menjadi grup musik campursari, dan menyanyikan lagu-lagu pop Jawa.
Perjalanan Lagu Pop Jawa
Sekalipun menggabungkan berbagai aliran dan peralatan musik, namun standar lagu pop Jawa tetaplah bernuansakan musik tradisional. Yaitu, berupa tembang, gending atau langgam. Sekalipun dikombinasikan dengan berbagai aliran musik, seperti, disco, dangdut, ataupun rock, namun nuansa musik tradisionalnya tetap ada dan terwakili dalam tiap lagu pop Jawa.
Pada awalnya, lagu pop Jawa hanya bisa dinikmati secara langsung dalam suatu pertunjukan, dengan pemain berjumlah banyak, bisa belasan orang. Hal ini mengingat instrumen musik yang dipergunakan juga banyak. Biasanya, tampil di hajatan atau sebagai hiburan pelengkap pertunjukan wayang kulit.
Lagu-lagu yang dinyanyikan pun merupakan modifikasi dari lagu-lagu lama karangan Gesang, Ki Narto Sabdho, Anjar Any, dan berbagai tembang lawas anonim yang pengarangnya sulit dilacak. Pada mulanya, lagu pop Jawa masih sederhana, hanya ditambahi sedikit sentuhan pada beat dan temponya.
Lambat laun, penampilan grup musik campursari yang mengusung lagu pop Jawa semakin digemari masyarakat. Banyak sinden yang kemudian banting stir menjadi penyanyi lagu pop Jawa ini. Termasuk di antaranya Anik Sunyahni.
Penampilan Anik Sunyahni menjadi sangat fenomenal, karena dalam waktu singkat jadi terkenal dan digemari banyak orang.
Pop Jawa dan Pakem Wayang
Hebatnya, pada masa-masa jaya Anik Sunyahni, setiap ada pertunjukan wayang kulit namanya juga ditanyakan. Padahal, dalam konteks wayang kulit selama ini orang hanya bertanya dalangnya siapa dan apa lakonnya. Namun, pada masa itu, orang juga bertanya siapa sindennya, Anik Sunyahni atau bukan?
Sulit dianalisis, apa dasar orang menanyakan itu. Apakah karena sindennya ataukah karena musik pop Jawa yang dinyanyikan, yang memang lebih rancak dibanding mocopat, tembang, atau panembromo.
Padahal, seperti kita ketahui, pakem dalam wayang kulit sangatlah ketat. Karena, selama ini pertunjukan wayang kulit dimaknai sebagai hal yang sakral. Kemampuan dalang dalam menghafal semua lakon cerita lengkap dengan dialeknya, sering dihubungkan dengan hal-hal yang berbau mistis.
Belum lagi daya tahan dalang yang tidak pernah beringsut dari tempatnya duduk, untuk melakukan sesuatu hal, misalnya buang air. Maka, mengubah pakem wayang dianggap tabu bagi sebagian orang.
Namun, apa yang kita saksikan sekarang? Hampir setiap pertunjukan wayang kulit selalu diselingi dengan penampilan lagu pop Jawa dalam orkes campursari. Bukan melulu gamelan lagi.
Tokoh Lagu Pop Jawa
Adapun penyanyi yang mempopulerkan musik pop Jawa ini antara lain, Manthous, Didi Kempot, Cak Diqin, Sony Jozz, Koko Thole, Nurhana, Dini Aditama, Sulasmi, Anik Sunyahni, dan masih banyak lagi. Namun ,yang pengaruhnya sangat kuat dalam aliran musik ini adalah Manthous, Didi Kempot, dan Cak Diqin.
Di tangan Didi Kempot dan Cak Diqin inilah musik pop Jawa dalam iringan musik campursari bisa menembus ruang diskotik dan café. musik pop Jawa yang dikombinasikan dengan musik dangdut, disco, maupun rock ternyata bisa juga dinikmati di tempat ini. Termasuk, eksperimen Cak Diqin yang mencoba memadu lagu pop Jawa dengan musik Mandarin, ternyata berhasil juga.
Musik Pop Jawa di Luar Negeri
Percaya atau tidak, musik pop jawa ternyata sudah sampai ke luar negeri. Adalah Suriname yang memang populasi penduduknya banyak yang berasal dari tanah Jawa, tempat beredarnya musik pop jawa di luar negeri. Bagi penduduk jawa di Suriname, meski mereka bukan lagi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecintaan terhadap tanah kelahirannya pastilah masih besar.
Melalui musik pop jawa yang mulai banyak didendangkan di negara tersebut, masyarakat Suriname yang masih merupakan keturunan Jawa bisa merasakan kembali suasana tanah jawa melalui alunan lagu pop jawa. Adalah Mbak Rinette Tasleman, penyanyi Suriname yang kerap menyanyikan lagu pop jawa. Salah satu lagu pop jawa yang paling digemari masyarakat jawa Surinama adalah yang berjudul Ngapuro Contoh musik Pop Jawa
Kini musik pop jawa bukan lagi lagu khusus masyarakat Jawa. Melalui musisi terkenal macam Didi Kempot, Eddy Silitonga, atau Koes Ploes,pop jawa seakan sudah menjadi lagu masyarakat Indonesia secara luas meski penggemarnya masih terbata.
Ya, penggemar pop jawa memang masih terbatas karena tidak semua penduduk Indonesia yang notabene berasal dari banyak daerah dan suku bangsa, tidak semuanya mengenal dan paham bahasa Jawa. Berikut adalagh beberapa contoh musik pop jawa yang sudah dinyanyikan oleh musisi-musisi tanah jawa terkenal.
Stasiun Balapan (Didi Kempot)
Ning setasiun Balapan
Kuta Solo sing dadi kenangan
Kowe karo aku naliko
Ngeterke lungamu
Ning setasiun belapan
Rasane kaya wong kelangan
Kowe ningal aku ra krasa
Netes eloh ning pipiku
Da ………dada sayanga
Da ………slamat jalan
[ Refr. Chorus ]
Janji lungo mung sedelok
Jare sewulan ra ono
Pamitmu naliko smono
Ning setasiun balapan Solo
Jare lungo mung sedelok
Malah tanpo kirim warta
Lali opo pancen ngali
Yen eling mbok enggal Bali
Ning setasiun Belapan kuta Solo
sing dadi kenengan
***
nggo Kowe (Eddy Silitonga)
nggo kowe sing adoh panggone
nggo kowe sing adoh dununge
Rungokna laguku iki
Nggo tamba kangen
aku lan kowe
Rungokna laguku iki
Nggo nglipur ati
Leh pisah suwe
Jenengmu tansah takbisikke
Jenengmu kerep takucapke
Sajrone impen-impenku
Rina lan wengi
Kowe cah ayu
Cah ayu aku duwekku
Suk kapan wae
Aku duwekmu
Aku ra bakal cidra janji
Tresnaku tresna suci
Aku ra bakal mblenjani
percaya aku……..
***
Lega lila (Tia Melani)
Lega lila,
Atiku yèn toh pancèn kanggo sliramu
Tak pasraké ,
Apa anané selawasé aku mellu waé
Nandu alingku
‘Ja nganti di larani atiku
Lega lila,
Kaskané pada pada krasa,yèn tresna
Aku kowé janjie neng kené
Sa tenané sing di karepaké
Muga mangkoné wong loro bisa
Pada ngertiné
cucuk namung lamis waé
Abang abang lambé, sulaya anané
cucuk ngantih kapan waé
Kuwi sa mestiné
Ora pingin di pisaké
Apa anané
***