Saad bin Abi Waqqash merupakan salah satu sahabat Nabi yang mengagumkan. Bagaimana tidak, beliau dapat menembakkan tiga busur sekaligus. Atas izin Allah, ketiga busur tersebut tepat mengenai sasaran yang berbeda. MasyaAllah.
Selain ahli memanah, terdapat berbagai kisah menarik lainnya dari Saad bin Abi Waqqash yang bisa kita teladani. Apa saja cerita tersebut? Simak ulasan berikut!
Sekilas Mengenai Saad bin Abi Waqqash
Saad bin Malik atau bin Abi Waqqash merupakan putra dari Wuhaib bin Abdi Manaf. Sang ayah merupakan keturunan bangsawan dari Bani Zahrah. Selain terkenal berbakti kepada orang tua, Saad terkenal akan skill memanahnya dengan macam-macam panah, sebuah keahlian yang jarang dimiliki bangsa Arab saat itu.
Ia juga dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani. Ia digambarkan sebagai orang berperawakan kekar, agak pendek, keras kepala, pandai menulis, serta memiliki warna kulit agak gelap. Menurut nasab, Saad merupakan saudara Nabi dari pihak ayah sebagai paman Nabi.
Teladan dari Kisah Saad bin Abi Waqqash
Terdapat kisah lainnya dari Saad bin Malik yang dapat dijadikan teladan untuk kita. Berikut beberapa di antaranya.
- Berbakti kepada Orang Tua
Saad bin abi waqqash merupakan pemuda yang begitu taat dan patuh kepada ibunya. Saking sayangnya, seolah-olah cinta pada sang ibu merupakan cinta satu-satunya. Ibu Saad adalah keturunan bangsawan Quraisy. Hamnah binti Sufyan bin Umayah bin Abdi Syams namanya.
Ibu Saad terkenal dengan kecantikan parasnya serta sifat anggun khas bangsawan. Selain itu, Hamnah terkenal memiliki akal cerdik serta berwawasan luas. Namun, ia begitu setia pada agama nenek moyang Quraisy, yakni menyembah berhala.
Hamnah sangat marah kala mengetahui puteranya masuk Islam. Saking marahnya, sampai-sampai ketika itu Hamnah melakukan mogok makan dan minum. Ketika melihat sang ibu dalam keadaan lemah dan sakit-sakitan, Saad dengan tegas mengatakan bahwa beliau tidak akan meninggalkan agama Islam.
Hamnah semakin murka dan tetap nekad melakukan mogok makan minum. Ia mengira sang putera akan luluh jika melihat dirinya lemah dan sakit karena Hamnah tahu bahwa putranya amat menyayanginya.
Ternyata, walau begitu menyayangi sang ibu, Saad lebih cinta kepada Allah serta Rasul-Nya. Dengan tegas, beliau mengatakan tidak akan pernah meninggalkan agama Allah selamanya.
Hamnah tahu bahwa anaknya tidak akan kembali. Seiring berjalannya waktu, Hamnah menerima bahwa putranya memang telah bertekad kuat untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka.
Hal itu bukan karena durhaka atau tidak lagi mencitai sang ibu. Dengan cintanya yang jauh lebih besar kepada Allah dan Rasullullah, sang ibu justru menyerah membujuk sang putra untuk kembali menyembah berhala.
- Masuk Islam pada Usia 17 Tahun
Saad bin abi waqqash telah mengenal Nabi Muhammad jauh sebelum beliau diangkat menjadi rasullullah. Beliau begitu terkesan dengan kepribadian Nabi yang jujur serta amanah.
Sebelum masuk Islam, tepatnya tiga malam sebelumnya, Saad bin abi waqqash bermimpi bahwa ia seolah tenggelam dalam kegelapan. Di tengah kegelapan itu, ia melihat bulan purnama dengan pancaran sinarnya dan mengikutinya. Ketika itu, ia melihat tiga orang yang telah lebih dahulu ada di hadapannya
Ketiga orang tersebut adalah Zaid bin Tsabit, Abu Bakar ash-Shidiq, dan Ali bin Abi Thalib. Ketika itu, ia bertanya siapa ketiga orang tersebut, kemudian ada yang menjawab bahwa mereka adalah tiga orang laki-laki awal yang telah memeluk Islam.
Keesokan harinya, pada siang hari, ia mendengar bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengajak orang-orang untuk memeluk Islam secara diam-diam. Karena teringat mimpinya, beliau yakin bahwa Allah berkehendak mengeluarkannya dari kegelapan malam dengan memeluk Islam.
Pada sore hari di hari yang sama, ia mencari Nabi untuk menyatakan bahwa dirinya masuk Islam. Pada saat itu, usianya masih muda, yaitu masih berkisar 17 tahun.
- Sniper Andalan Rasulallah
“Aku adalah orang ketiga yang memeluk Islam dan orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah.” Kira-kira, begitulah Saad bin Abi Waqqash memperkenalkan diri. Ia begitu bangga menjadi bagian dari perjuangan Islam.
saad bin abi waqqash memang begitu terkenal sebagai orang yang pemberani, sama sekali tak gentar oleh musuh kala berada di medan perang. Ia hampir selalu mendampingi Nabi di setiap pertempuran. Saat Perang Uhud terjadi, ia menjadi sahabat yang paling melindungi Nabi.
Kala itu, pasukan Islam sangat terdesak. Banyak pasukan gugur, bahkan Rasulullah pun terluka hingga beliau terpaksa mundur dari pasukan perang dan naik ke atas bukit. Saad menjadi satu dari 10 orang sahabat yang melindungi Nabi. Banyak pasukan muslim yang mundur karena situasi terdesak.
Ketika itu, ada 200 pasukan berkuda pimpinan Khalid bin Walid—yang saat itu masih belum memeluk Islam—yang tengah berusaha mengejar Nabi untuk dibunuh. Dalam suasana genting tersebut, Nabi memerintahkan Saad untuk melakukan tembakan kepada musuh.
saad bin abi waqqash pun menggunakan anak panah Rasulullah beserta dua lainnya. Beliau memanfaatkan kemampuan shoot three kills untuk menghadang para musuh. Ia dapat melesatkan tiga anak sekaligus dalam sekali panah.
Atas izin Allah, setiap anak panah yang dilesatkan akan menewaskan musuh, walau mereka mengenakan baju perang besi sekalipun. MasyaAllah. Melihat rekannya terkapar tak bernyawa karena tembakan jitu dari Saad membuat musuh tak lagi berani mendekat.
Hal serupa terjadi saat Perang Ahzab. Saat itu, pasukan muslim dihadapkan dengan ahli pemanah kaum musyrikin yang menghujani mereka. Saad sebagai ahli pemanah dari kaun beriman pun berhasil menancapkan anak panah di dahi ahli pemanah kaum musyrikin hingga langsung jatuh tersungkur dalam sekali tembakan.
- Dijamin Surga oleh Rasulallah
Nabi pun pernah bersabda bahwa Saad bin Malik atau bin Abi Waqqash merupakan salah satu dari 10 sahabat yang disebut akan menjadi penghuni surga-Nya Allah.
Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Abu Bakar di surga, ‘Umar di surga, ‘Utsman di surga, ‘Ali di surga, Thalhah di surga, Az Zubair di surga, ‘Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Saad (bin Abi Waqqash) di surga, Sa’id (bin Zaid) di surga, Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah di surga.” (HR. Tirmidzi, no. 3747 dan Ahmad, 1:193. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
Saad bin Abi Waqqash diwafatkan Allah saat berusia 70 tahun. Beliau meminta sang anak untuk mengafaninya dengan kain wol yang dikenakannya kala perang Badar. Kain tersebut merupakan kain lusuh yang disimpan baik-baik hingga akhir hayat.
Ia meninggal di rumahnya, tepatnya di Aqiq yang berjarak 10 mil dari Madinah. Ia dimakamkan bersama dengan para sahabat lainnya di Baqi.
Itulah beberapa potongan dari kisah tentang Saad bin Abi Waqqash yang bisa kita jadikan teladan, di antaranya adalah selalu tempatkan Allah dan agamanya di atas segala sesuatu. Berbuatlah baik dan menggauli orang tua kita walaupun berbeda keyakinan dan tetaplah berpegang teguh pada keimanan.
- Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
- Jika Kamu ingin berdonasi untuk Anak Yatim dan Dhuafa, Silahkan Klik Disini.