You are here:

Keterampilan Dalam Dunia Kerja

keterampilan

Skill is gold , keterampilan adalah emas. Ungkapan ini sepertinya tidak berlebihan. Tidak semua orang dianugerahi hal yang satu ini, apapun itu, meski banyak orang membutuhkannya. Jika memiliki sebuah keterampilan dan kemudian melakukannya dengan tekun, maka akan memberikan hasil yang luar biasa. J.K Rowling menjadi salah satu penulis terkaya di dunia karena keterampilannya dalam hal seni. Menuangkan dan merangkai imajinasi dalam deretan kata-kata.

Van Gogh namanya menjadi legendaris karena pandai melukis. Begitu pula Lionel Messi yang namanya melambung di jagad sepak bola dan membuatnya bermandikan ketenaran serta kekayaan karena keterampilan kakinya dalam mengolah si kulit bundar, bola. Lantas apa sebenarnya arti atau pengertian dari keterampilan itu sendiri?

Pengertian Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Hal ini tidak hanya melibatkan aspek motorik sebagai faktornya, tetapi juga menghadirkan fungsi mental yang bersifat kognitif. Keterampilan tidak datang begitu saja. Keterampilan ada karena proses bentukan dari belajar secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Seperti halnya ungkapan Kota Roma tidak dibentuk dalam waktu semalam.

Penguasaan akan suatu keterampilan ( skill ) erat hubungannya dengan yang namanya passion. Passion sendiri dimaknai sebagai gairah untuk melakukan pekerjaan karena ada kecintaan yang muncul pada pekerjaan itu.

Lionel Messi misalnya, meski dia memiliki bakat dalam hal mengocek si kulit bundar. Akan tetapi jika dirinya tidak atau belum menemukan passionnya ada disana, maka kemampuannya itu tidak akan berbuah prestasi seperti yang terjadi saat ini. Hal itu karena dia memiliki passion di bidang itu, maka dia akan secara total belajar menguasai teknik-teknik serta pengetahuan yang berkaitan dengannya.

Beda lagi jika dia tidak memiliki passion atau minat, maka apa yang dia lakukan tidak sepenuh jiwa. Cenderung setengah-setengah dalam mengerjakannya. Bedanya orang yang mengerjakan pekerjaan antara dengan passion atau tidak adalah jika yang melakukan pekerjaan dengan hati, maka dia akan melakukannya seperti sedang bermain yang sesuai hobinya. Jadi, pembawaannya senang terus. Tidak ada yang namanya bete, mudah jenuh, jemu, bosan dan sebagainya.

Seperti yang telah disebutkan di awal paragrap bahwa skill is gold. Skill awalnya seperti emas yang tertutup lumpur. Kemilaunya tidak kelihatan. Akan tetapi karena skill itu terus dilatih dan diasah, maka sedikit-demi sedkit akan nampak wujud aslinya. Jika awalnya hitam karena lumpur, selanjutnya sudah mulai tampak bahwa itu adalah logam mulia, emas.

Kalau sudah begitu, kekayaan dan ketenaran akan mengkuti dengan sendirinya. Untuk menjadikan emas yang tertutup lumpur agar terlihat seperti logam mulia yang sesungguhnya bukanlah pekerjaan yang mudah meski itu bukan sesuatu hal yang mustahil.

Skill dalam Perspektif Dunia Kerja

Berbicara tentang keterampilan ( skill ) dalam hubungannya dengan dunia kerja, paling tidak ada 2 jenis skill yang menonjol dan sering menjadi tema bahasan. yakni soft skill dan hard skill Uraiannya adalah sebagai berikut.

1. Hard Skill (Keterampilan Keras)

Hard skill dipahami sebagai suatu keahlian untuk menguasai materi yang menjadi bidangnya. Misalnya, mahasiswa ekonomi dikatakan memiliki hard skill yang bagus jika dia menguasai berbagai macam teori ekonomi dan dapat diapliasikan ketika dia menganalisis sebuah permasalahan yang ada hubungannya dengan kepakarannya.

2. Soft Skill (Keterampilan Lunak)

Soft skill bisa diartikan kemampuan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Kehebatan dalam berdiplomasi, lobbying , debat, serta wawancara adalah bagian dari soft skill. Begitu pula dengan kepandaian membawa diri, integritas, juga etos kerja termasuk dalam kategori soft skill. Berbicara tentang soft skill sebenarnya mengacu kepada konsep tentang kecerdasan emosi atau emotional intelligence Soft skill mencangkup kemampuan dalam hal intrapersonal dan interpersonal.

Dalam dunia kerja yang sangat kompetitif, penguasaan terhadap soft skill maupun hard skill sangatlah diperlukan. Kepakaran atau kejeniusan seseorang tidak akan mampu berbicara banyak jika tidak didukung oleh kemampuan berkomunikasi. Soft skill tanpa adanya dukungan berupa hard skill , maka akan membuat seseorang terlihat tidak berisi atau cakap dalam suatu bidang. Menguasai hard skill saja tanpa didukung dengan soft skill juga akan menghambat proses kemajuan atau progress dalam jenjang karirnya. Yang ini bermakna prestasi yang didapatnya hanya seperti itu-itu saja.

Kolaborasi Soft Skill dan Hard Skill

Kolaborasi antara soft skill dan hard skill seperti yin dan yang. Ketiadaan salah satu aspek ini menjadikan tidak lengkap bagi aspek yang lain. Misalnya, ada seorang sarjana terbaik yang baru lulus dari perguruan tinggi yang bisa dikatakan sangat pandai dalam hal ilmu arsitektur. Ketika dia sudah masuk dalam sebuah perusahaan dan terlibat dalam suatu proyek pembangunan suatu kawasan, bisa jadi proposal proyeknya akan gagal karena ketidakmampuannya mengomunikasikan gagasannya di depan calon investor.

Kemampuan seseorang dalam bidang soft skill ketika masuk dunia kerja bisa dilihat ketika orang tersebut menjalani serangkaian tes, misalnya wawancara. Jika dia memiliki dasar soft skill yang bagus, tes-tes itu akan berjalan lancar. Dari tes awal ini calon user akan mengetahui seberapa pandai kandidat itu nantinya akan berkomunikasi, berpromosi atau melakukan lobi-lobi terkait pekerjaannya nanti.

Perbedaan Pandangan Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja

Para praktisi dan konsultan karir sering mengatakan bahwa selama ini ada gap atau kesenjangan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Dalam perspektif dunia pendidikan, lulusan yang berkualitas yang siap masuk dunia kerja yang penuh dengan persaingan adalah mereka yang memiliki nilai akademik yang bagus.

Pandangan ini berbeda dengan yang dipersyaratkan oleh dunia kerja. Dunia kerja yang semangat berkaryanya dijiwai oleh profit oriented mensyaratkan bahwa untuk bisa memiliki kompetensi tinggi harus memiliki kemampuan teknis yang baik serta didukung oleh sikap yang baik pula.

Seorang programmer akan dinilai atau dipandang sebagai pekerja yang memiliki kompetensi tinggi jika dia bisa membuat atau menciptakan program yang dibutuhkan oleh perusahaan. Kecakapan ini termasuk dalam wilayah hard skill. Jika pada mula masuk kerja ada kontrak yang ditandatangani dan menyebutkan bisa membuat program tapi ternyata pas sudah masuk kerja bersikap wanprestasi alias ingkar janji, ini berarti bahwa dia memiliki soft skill yang rendah.

Pengaruh Soft Skill dalam Proses Rekrutmen

Contoh lain dari soft skill yang rendah adalah ketidakmampuan menentukan gaji yang diinginkan. Akan tetapi pas masuk kerja mengeluhkan gaji yang kecil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. sehingga memperburuk etos kerjanya.Dalam tataran tes memasuki dunia kerja, kamampuan hard skill yang berkaitan dengan kemampuan teknis dan akademis lebih mudah untuk diseleksi.

Hal ini bisa dengan mudah dilihat pada beberapa form tentang riwayat hidup, pengalaman kerja dan transkrip akademik.
Sementara itu, gambaran tentang seberapa bagus soft skill seseorang bisa dilihat dan diamati oleh pemilik perusahaan melalui bantuan psikolog. Hal itu dengan mengadakan psikotes dan deep interview. Hasil dari psikotes dan wawancara ini tidak bisa menggambarkan karakter, sikap, dan pengetahuan kandidat secara utuh 100%. Namun, paling tidak dari situ akan didapat gambaran untuk selanjutnya menempatkan orang yang tepat di tempat yang tepat pula ( The right man in the right place).

Kombinasi yang bagus antara hard skill dan soft skill adalah salah satu prasyarat agar sukses masuk dunia kerja, apapun posisinya. Perekrutan karyawan yang menggunkan pendekatan hard skill sudah lama ditinggalkan oleh perusahaan. Jika kombinasi yang bagus antara soft skill dan hard skill itu sulit untuk didapatkan, maka perekrut akan memilih kandidat yang kemampuan soft skill -nya di atas rata-rata.

Mengapa memilih yang ini? Alasannya sederhana. Jika seseorang memiliki keterampilan bagus dalam hubungannya dengan manusia lain, maka bisa diharapkan orang tersebut akan mudah belajar untuk meng- upgrade kemampuannya dalam hal hard skill. Hal itu karena soft skill merupakan salah satu perwujudan dari karakter seseorang dan membentuk hard skill lebih mudah daripada membentuk soft skill