Sahabat Yatim

Contoh Majalah Sekolah Dan Cara Membuatnya

Bagaimana contoh majalah sekolah? Penerbitan sebuah majalah sekolah di zaman sekarang dinilai cukup penting. Selama ini, sekolah dari berbagai tingkatan biasanya hanya mengandalkan majalah dinding atau koran dinding sebagai media informasi, penyaluran aspirasi, penyaluran minat, dan bakat siswa.

Nah, sekarang saatnya untuk berbuat lebih dari itu, yakni dengan membuat majalah sekolah agar bisa dibaca dan dinikmati dengan lebih nyaman oleh semua pihak yang membutuhkan.

Contoh Majalah Sekolah

Contoh majalah sekolah sebenarnya bisa di dapatkan dengan berbagai cara. Misalnya dengan mengunjungi sekolah-sekolah yang sudah memiliki majalah , bisa juga dengan meminjam kepada siswa atau guru yang mempunyai koleksi majalah dari sekolahnya.

Jika ingin cara yang sederhana, Anda bisa mencari contoh majalah sekolah lewat internet. Selain mudah, cara ini memberi banyak pilihan mengenai majalah sekolah yang di inginkan.

Di era sekarang, contoh majalah sekolah tidak hanya berupa edisi cetak, atau majalah cetak yang sudah diunggah ke internet dalam format file gambar atau pdf. Namun, pada zaman digital seperti sekarang ini, sudah cukup banyak sekolah yang memiliki contoh majalah sekolah dalam bentuk website , portal, atau situs.

Dapat dikatakan, website yang biasanya menjadi profil bagi sekolah-sekolah tertentu juga bisa difungsikan sebagai majalah sekolah yang bisa dibaca oleh semua orang. Majalah sekolah tentunya memiliki banyak manfaat, baik bagi warga sekolah yang bersangkutan, maupun bagi orang lain yang ingin mengetahui tentang sekolah tersebut.

Fungsi Majalah Sekolah

Bagi warga internal sekolah, majalah sekolah memiliki beberapa fungsi, di antaranya ialah sebagai berikut.

  1. Sebagai media informasi dan komunikasi. Artinya, majalah sekolah dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan juga komunikasi bagi semua warga sekolah. Misalnya, agenda yang akan dilakukan oleh sekolah, baik oleh lembaga maupun oleh para siswa dan lain-lain.

Selain itu, kabar terbaru yang terjadi menyangkut warga sekolah dapat dimuat dalam majalah sekolah, seperti prestasi yang baru saja diraih, pengumuman tentang suatu hal penting, hasil pelaksanaan suatu kegiatan sekolah, dan lain-lain.

  1. Sebagai media penyaluran aspirasi warga sekolah. Artinya, majalah sekolah bisa menjadi sarana untuk menyalurkan aspirasi yang menyangkut kepentingan bersama. Misalnya, ketika ada kebijakan dari pihak pengelola sekolah yang dinilai tidak berdampak positif bagi siswa, maka para siswa dapat menyalurkan aspirasinya melalui majalah sekolah agar dapat ditemukan solusi atas persoalan tersebut.
  2. Sebagai media penyaluran bakat dan minat siswa. Artinya, majalah sekolah dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyalurkan bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa. Misalnya, ada seorang siswa yang berminat dalam bidang jurnalistik seperti melakukan reportase (peliputan) dan menulis berita, menulis esai, menulis cerita pendek (cerpen), menulis puisi, menggambar, dan bakat minat lainnya.

Cara Membuat Majalah Sekolah

Kreativitas siswa tersebut bisa ditampilkan di majalah sekolah. Hal ini tentunya akan memberikan sebuah rasa kebanggaan tersendiri bagi para siswa. Lantas, bagaimana cara membuat majalah sekolah? Setidaknya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Membentuk Struktur Kepengurusan

Para siswa dan guru yang ingin terlibat dalam penerbitan majalah sekolah perlu dibentuk dalam suatu struktur kepengurusan terlebih dahulu untuk memudahkan pembagian kerja. Kepala sekolah bisa dilibatkan sebagai pelindung atau penanggung jawab majalah, begitu pula dengan guru yang bisa diposisikan sebagai pembina majalah sekolah.

Untuk kepengurusan inti, perlu dilibatkan para siswa yang berminat dan dinilai memiliki kemampuan dalam hal ini. Perlu dibentuk perwakilan dari tiap kelas dan kemudian mengadakan rapat bersama untuk memutuskan siapa saja yang akan menduduki posisi di struktur kepengurusan majalah sekolah.

Adapun, susunan pengurus majalah sekolah bisa mengadopsi dari susunan keredaksian media pada umumnya. Seperti posisi pemimpin redaksi sebagai orang pertama yang paling bertanggung jawab atas jalannya penerbitan majalah, kemudian ada posisi redaktur pelaksana yang bertanggungjawab terhadap isi majalah, hingga posisi-posisi lain di bawahnya seperti redaktur, reporter, artistik, fotografer, dan seterusnya.

2. Gagas Tema

Sebelum suatu edisi majalah diterbitkan, perlu diadakan suatu forum yang bernama gagas tema. Sesuai dengan namanya, forum gagas tema digelar untuk mengeksplorasi, menyaring, dan kemudian menentukan tema apa saja yang akan ditampilkan di majalah sekolah edisi terbaru nanti. Setelah tema-tema ditentukan, selanjutnya memilih orang-orang yang akan bertanggung jawab terhadap masing-masing tema tersebut.

3. Reportase atau Peliputan

Setelah tema-tema berhasil ditentukan, dan orang-orang yang akan bertanggungjawab terhadap tema-tema tersebut telah dipilih, maka proses selanjutnya adalah melakukan reportase atau peliputan.

Reportase atau peliputan dalam konteks majalah sekolah tidak harus setingkat dengan reportase yang biasa dilakukan oleh wartawan di media umum. Majalah sekolah adalah media belajar sehingga proses reportase pun bisa dilakukan dengan semampunya, sesuai apa yang bisa dilakukan oleh para siswa yang bertugas sebagai reporter atau wartawan pemula.

Para siswa yang bertugas sebagai reporter bisa melakukan wawancara dengan narasumber terkait tema yang diangkat. Misalnya, dengan kepala sekolah, guru, pengelola perpustakaan, ketua suatu kegiatan, guru atau siswa berprestasi, sesama siswa. Bahkan bisa pula dengan penjaga sekolah, penjual makanan di kantin, tukang sapu sekolah, tergantung kebutuhan tema yang akan dibahas oleh redaksi.

4. Penulisan dan Penyuntingan

Setelah proses mengumpulkan informasi atau reportase selesai dilakukan, selanjutnya adalah tahap penulisan. Untuk jenis tulisan berita dan informasi, penulisan dilakukan dengan menggunakan bahan dari hasil wawancara atau reportase. Sekali lagi, para siswa tidak dibebani untuk menulis sebagus mungkin karena hal ini adalah proses belajar.

Lalu, untuk siswa yang mendapat tanggung jawab mengurus rubrik selain peliputan, seperti rubrik puisi, cerita pendek, dan sebagainya, juga gambar, karikatur, dan sejenisnya, ia boleh mulai menulis atau menggambar seperti yang sudah direncanakan sebelumnya.

Setelah semua tulisan terkumpul sesuai tenggat waktu yang telah ditetapkan, maka proses penyuntingan atau editing dapat dilaksanakan. Pekerjaan ini memang membutuhkan skill yang lebih mumpuni sehingga dapat diserahkan kepada orang-orang yang dianggap kompeten dalam bidang ini. Misalnya bekerja sama dengan guru Bahasa Indonesia atau guru pembimbing dalam bidang jurnalistik.

5. Layout atau Artistik

Setelah tulisan dinilai sempurna dan layak untuk diterbitkan, maka proses selanjutnya adalah tahap layout atau artistik. Tahap ini adalah proses tulisan yang akan ditata menjadi sebuah media atau majalah dengan menggunakan software pada komputer. Proses layout sering juga disebut sebagai proses tata letak atau desain majalah, yaitu meliputi desain isi dan sampul.

Ada banyak pilihan program yang bisa digunakan untuk me- layout majalah. Misalnya Adobe Pagemaker , Adobe InDesign , Quack Express , bahkan dapat menggunakan Corel Draw atau sekadar memakai Microsoft Office. Hasil layout akan berbeda, hal tersebut bergantung pada kemampuan orang yang menggarapnya.

Nah, karena proses ini membutuhkan kemampuan khusus, maka perlu ditunjuk siswa atau guru. Yang memang mempunyai skill untuk melakukan layout atau artistik. Apabila tidak ada yang bisa, pihak sekolah boleh meminta bantuan kepada orang yang dinilai mampu. Dan bisa dijadikan pembimbing untuk melatih para siswa belajar mendesain majalah.

6. Finishing dan Penerbitan

Setelah layout selesai dan dinilai layak, majalah sekolah sudah bisa diterbitkan. Namun, sebelumnya perlu dilakukan proses finishing terlebih dulu untuk memeriksa kembali dan memastikan bahwa majalah sudah dapat diterbitkan.

Penerbitan bisa dilakukan dengan cara mencetak ataupun dengan cara online. Jika dilakukan secara online , maka majalah tersebut memang sengaja dibuat dalam bentuk majalah online , yang dapat diakses melaui website sekolah. Dalam hal ini, tentu diperlukan orang-orang yang ahli dan bisa ditangani oleh guru, siswa, atau dengan meminta bantuan kepada pihak lain untuk melakukan finishing dan penerbitan.

Semoga bermanfaat.

 

Exit mobile version