You are here:

Contoh Diskriminasi Di Lingkungan Kerja

contoh diskriminasi

Contoh Diskriminasi Di Lingkungan Kerja – Dunia kerja adalah dunia yang dinamis. Ragam karakter manusia berkumpul di suatu tempat dan bertemu setiap hari. Anda bisa mendapatkan pengelompokan dari nama, kelamin, perbedaan ras, dan kepentingan. Salah satu hal yang kerap terjadi di dunia kerja, yaitu diskriminasi. Diskriminasi ini dapat bermacam-macam, yang paling populer adalah diskriminasi gender sebagai contoh diskriminasi di tempat kerja.

Sebetulnya apa sih diskriminasi gender itu? Ada baiknya kita simak bersama penjelasan berikut.

Pengertian Diskriminasi Gender

Diskriminasi gender adalah bentuk perlakuan yang merujuk kepada ketidakadilan yang diterima oleh individu tertentu, dalam bentuk pelayanan atau fasilitas yang disebabkan karakteristik tertentu yang dimiliki oleh individu tersebut.

Diskriminasi biasa dijumpai karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan satu sama lain.
Biasanya, diskriminasi didasarkan oleh perbedaan ras, kepercayaan, aliran politik, dan fisik.

Dalam diskriminasi gender, perlakuan tidak adil memang kerap diterima oleh wanita. Orang sering menghubungkan perempuan dengan kodratnya selaku ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai pembenaran bahwa perempuan harus berada di belakang pria dalam setiap aspek kehidupan. Belum lagi dengan segala hambatannya, tingkat pendidikan kaum wanita di negeri ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kaum laki-laki.

Tingkat pendidikan wanita belum tentu sejajar dengan tingkat kemandiriannya. Hal ini dikarenakan wanita sering terjebak pada stereotip sosial gender. Anggapan bahwa setinggi-tingginya wanita berkarir, ujung-ujungnya hanya akan memasak di dapur dapur sudah mendarah daging dalam masyarakat. Hal ini tentu saja menjadi sebuah batas yang tanpa disadari telah menggarisi lingkup wanita di dunia kerja.

Termasuk juga di strata kepemimpinan, banyak orang (termasuk wanita juga) yang mengalami kesulitan untuk menerima kepemimpinan seorang wanita. Juga dalam batas usia pernikahan, terdapat pembedaan usia minimal untuk menikah bagi wanita dan laki-laki. Laki-laki yang melajang hingga usia 30-an dinggap biasa saja, sementara wanita yg belum menikah di usia tersebut diberi predikat perawan tua.

Diskriminasi Gender di Lingkungan Kerja

Dalam diskriminasi gender di tempat kerja, wanita kerap dikotak-kotakkan dalam bidang tertentu. Seperti pekerjaan sekretaris, humas, suster, dan customer service yang seolah-olah ditetapkan sebagai bagian khusus wanita. Sementara bidang teknik, kontraktor, pertambangan, dan kosntruksi menjadi ladang bagi laki-laki.

Dalam dunia kerja, wanita diberi persyaratan yang tidak wajar seperti ”berpenampilan menarik”. Tentu saja pekerja laki-laki tidak pernah mendapatkan persyaratan tersebut. Hal ini tentu saja mengarah kepada tindakan yang menjurus ke arah pelecehan seksual bagi pekerja wanita.

Selain itu, perusahaan menetapkan syarat agar karyawan wanita menggunakan rok pendek. Hal-hal seperti itulah yang jelas-jelas menunjukkan adanya diskriminasi gender yang terjadi di perusahaan.

Apa Sajakah Ciri-Ciri Diskriminasi Gender di Tempat Kerja?

1. Pertanyaan Seputar Anak

Ketika awal wawancara, calon pekerja wanita kerap diberi pertanyaan ”standar” tentang anak. Biasanya pertanyaan yang dilontarkan seperti, ”Ingin memiliki anak berapa?” atau ”sudah memiliki anak berapa?” .

Hal ini sudah mengindikasikan seolah-olah perusahaan tersebut tengah mengukur keloyalan si calon pekerja disebabkan memiliki anak dan keluarga. Tentu saja yang ditakutkan oleh perusahaan tersebut adalah si calon pekerja wanita tersebut tidak dapat bekerja secara total karena harus membagi waktu mengurus anak dan keluarganya.

Pertanyaan tersebut sudah sedemikian lazimnya sehingga banyak yang tidak menyadari bahwa itu merupakan salah satu contoh diskriminasi gender di dunia kerja. Pertanyaan itu sendiri merupakan indikasi bentuk diskriminatifnya lingkungan pekerjaan terhadap wanita. Dapat dikatakan, bahwa wanita tidak dapat bekerja secara total, seperti kaum laki-laki.

2. Tidak Diterimanya Masukan atau Kritik dari Pekerja Wanita

Sudah merupakan hal yang biasa bahwa kebanyakan pekerja baik wanita maupun pria sulit menerima masukan atau kritikan dari rekan kerja wanita, bahkan dari atasan wanita. Hal ini disebabkan ada anggapan bahwa wanita dianggap kurang pantas untuk memberi masukan atau kritikan di perusahaannya. Selain itu, hal ini juga dipicu oleh anggapan bahwa wanita kerap berpikir dengan rasa, bukan dengan logika seperti yang kaum laki-laki lakukan.

Hal ini tentu saja merupakan bentuk diskriminatif. Karena jika masukan atau kritikan yang diberikan oleh kaum laki-laki dianggap bijaksana, maka masukan yang diberikan oleh kaum pekerja wanita dianggap sebagai sikap ikut campur atau nyinyir Oleh karena itu, perusahaan akan cenderung mengabaikan masukan yang keluar dari pekerja wanita.

3. Wanita Identik terhadap suatu Posisi atau Jabatan Tertentu

Wanita acap kali mendapat tugas yang diposisikan sebagai pegawai administrasi. Sering kali, wanitalah yang diminta untuk menjadi notulis dalam rapat perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa seolah-olah wanita hanya pantas mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan administrasi.

Perempuan dianggap lebih cocok mengerjakan tugas-tugas yang bersifat administratif daripada pekerjaan yang melibatkan pengambilan keputusan.

Perusahaan yang membatasi kesempatan wanita untuk menjadi pemimpin di perusahaan tersebut menjadi gambaran bahwa pemimpin wanita tidak akan bekerja secara efektif dan tidak seaktif pekerja laki-laki. Cara tersebut jelas mengindikasikan adanya contoh diskriminasi gender di perusahaan tersebut.

4. Memberi Tugas di Saat-Saat Akhir

Banyak perusahaan yang memiliki kecenderungan memberikan tugas yang tenggat waktu kepada pekerja wanita. Hal itu biasanya dilakukan secara sengaja oleh perusahaan untuk membuktikan kemampuan pekerja wanita tersebut dalam menyelesaikan tugas.
Jika wanita tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik maka wanita tersebut lebih sibuk mengurus keluarganya dibandingkan pekerjaannya, sehingga tugas yang diberikan oleh perusahaan tidak dapat diselesaikannya.

Padahal terlepas dari wanita atau laki-laki, pemberian pekerjaan dengan tenggat waktu yang terlalu singkat akan mempertinggi persentase kegagalan. Hal ini jelas menandakan adanya diskriminasi gender di perusahaan tersebut.

5. Disela Ketika Berbicara

Percaya atau tidak, pegawai wanita biasanya lebih sering disela ucapannya dibanding pegawai laki-laki. Ketika sedang menerangkan sesuatu, wanita sering disela saat berbicara oleh rekan kerjanya.

Hal ini disebabkan, pekerja wanita sering dianggap cenderung berlebih-lebihan dalam menyampaikan suatu paparan atau informasi sedangkan pekerja laki-laki menjelaskan secara langsung atau to the point Tentu saja ini merupakan salah satu bentuk diskriminasi gender yang terjadi.

Selain itu, wanita sulit diberikan kedudukan atau posisi yang sesuai dengan kemampuannya. Wanita juga mendapatkan perlakuan yang tidak sama dengan laki-laki dalam hal gaji Level gaji wanita dan pria berbeda padahal memiliki posisi yang sama.

6. Hak Reproduksi Wanita Dianggap Tidak Efisiensi bagi Perusahaan

Sering kali, pemberian cuti melahirkan dianggap pemborosan oleh perusahaan, karena gaji tetap diberikan sementara pekerja wanita tersebut tidak bekerja. Wanita dianggap mengganggu produktivitas perusahaan sehingga banyak perusahaan yang memberikan aturan pelarangan menikah selama waktu tertentu kepada karyawan wanita.

Bahkan, kasus pemecatan dilakukan perusahaan kepada pekerja wanita yang tengah mengandung karena dianggap tidak produktif lagi. Jelas hal ini merupakan contoh diskriminasi gender yang tidak seharusnya dilakukan oleh perusahaan kepada pekerja wanita.

Apa yang Harus Dilakukan Agar Diskriminasi Gender Dapat Dihapuskan?

Wanita dan laki-laki memiliki hak dan kewajiban yang sama. Perbedaan jenis kelamin tidak menggugurkan dan menambah suatu hal yang sudah menjadi hak dan kewajiban setiap individu. Hal yang harus diubah pertama kali adalah stigma posisi wanita dan laki-laki di mata masyarakat sosial.

Bahwa secara tradisional, laki-laki dianggap pencari nafkah dan wanita sebagai pekerja sosial yang mengurus keluarga di rumah. Padahal, sekarang banyak wanita menjadi eksekutif-eksekutif di perusahaan dan laki-laki yang mengurus masalah domestik keluarga.

Kesetaraan gender haruslah dipandang penting dan masing-masing gender harus diperlakukan sama adilnya sehingga tidak akan menimbulkan bias dan prasangka. Jangan sampai menahan peran, tanggung jawab, imbalan atau penghargaan hanya disebabkan prasangka umum yang telah mendarah daging.

Istilah gender itu sendiri tidak hanya meliputi wanita, tetapi juga laki-laki. Jika pemahaman tentang kesetaraan gender diaplikasikan dengan benar oleh semua pihak, tentu segala bentuk dan contoh diskriminasi mampu diminimalisasi dengan baik, sehingga harmoni yang dicita-citakan oleh semua pihak dapat terwujud.