1.Efisiensi dan efektivitas waktu
Sari lntan Kailaku (31), Peneliti dan Kadiv Riset AlMl pusat,
bunda dari Deyka (5) dan Naqiya (1,5)
Saya tidak pernah membawa pekerjaan pulang ke rumah. Akan menjadi tidak efisien, karena di rumah
adalah waktu bersama anak. Di rumah saya dibantu tiga asisten pulang pergi, dua untuk mengurus kedua anak saya, satu untuk membereskan rumah.
Di kantor, setiap minggu saya buat to-do-list pekerjaan yang harus selesai, sehingga saya menggunakan waktu seefisien mungkin. Dalam perjalanan bermobil, sambil menunggu lampu merah atau macet, saya bbm-an atau mengirim email. Ketika antri menunggu fotokopi atau dalam perjalanan dinas, saya membaca artikel bahan-bahan riset. Kalau dihitung, waktu luang seperti itu jika dijumlalkan bisa 1 sampai 2 jam sehari.
Di luar jam kerja, saya mengajar kelas edukASI di AIMI 1-2 kali setiap bulan, dan memberikan konseling menyusui dengan jadwal yang disesuakan. Di kantor, saya sernpatkan memerah ASI di meja sebab belum ada nursery room.Kalau semua dilakukan secara eflsien dan prioritas tidak terbolak-balik, pekerjaan apa pun pasti lancar.
2. Delegasikan Tugas
Nina Hasilah (29), Pemilik Zanetta Cake’s House,
bunda dari Naura(5)
Saya memutuskan berhenti bekerja dan mencoba menjual cheese cake dan tiramisu. Awalnya coba-coba, tapi ternyata banyak yang pesan. Dulu semua dikerjakan sendiri, mulai berbelanja bahan, membuat adonan, mendekor kue sampai mengantarnya. Tapi sekarang, saya delegasikan tugas-tugas. Untuk memesan bahan baku, cukup telepon ke toko dan kurir yang mengambil. Untuk produksi, saya mempekerjakan karyawan, meski mendekorasi kue masih tetap saya kerjakan. Mengantar kue juga saya serahkan kepada kurir. Jadi, waklu tidak terlalu tersita dan saya bisa bermain dengan Naura dan mengantar-jemputnya ke sekolah. Kalau pun harus ke toko kue, Naura ikut. Saat mendekorasi kue pun menjadi ajang bermain kami. Saya biarkan dia berkreasi dengan icing sugar karena ia
sangat menikmatinya
Cara mengatur waktu ibu rumah tangga yang bekerja
3.Mendisiplinkan Diri
Pritha Khalida (28),Penulis, bunda dari Gaza(2)
Di awal kelahiran Gaza, saya belum pintar membagi waktu, sampai-sampai aktivitas menulis tertunda. Tapi sekarang, saya mendisiplinkan diri dengan bangun pukul 4 pagi setiap hari agar punya banyak waktu saat tubuh masih segar. Selesai beribadah, saya kerjakan pekerjaan rumah dan menyiapkan makanan. Saya punya waktu untuk memandikan dan menyuapi Gaza setelah suami berangkat ke kantor. Saat Gaza mulai menikmati permainannya, saya kembali ke komputer untuk menulis. Meski tidak lama,tapi lumayan ada beberapa halaman yang selesai. Di malam hari, setelah suami dan anak tidur, saya kembali punya waktu untuk diri sendiri, kembali ke meja kerja dan menulis. Jika penat, saya browsing dan chatting dengan sesama ibu untuk berbagi cerita. Dari sana ide-ide muncul dan saya merasa terhibur, sebab saya tidak sendirian melakukan multitasking sebagai ibu dan penulis.
4.Membawa anak ke kantor
Joemarny fara ramurny (29),Finance Manager PT Aetherica ltanusa Persada, bunda dari Laneisha Ramuny (20 bulan)
Saya berhenti bekerja karena ingin fokus pada kehamilan. Setelah melahirkan dan si kecil berusia 1 tahun, saya membantu usaha suami. Anak saya titipkan kepada asisten di rumah. Meski usaha sendiri, tapi tetap saja jam kerja saya tidak fleksibel, apalagi perjalanan ke kantor makan waktu dua jam.
Di rumah, selama anak bersama asisten, tidak ada lagi yang mengawasi. Selama empat bulan saya merasa kurang memantau perkembangan anak, sampai suatu hari ada nasehat yang membuat saya terhenyak. Sejak ilu saya putuskan untuk membawa Laneisha (20 bulan) ke manapun saya pergi, termasuk ke kantor. Jadi, seringkali saya mengirim email, menerima telpon, dan menghitung pengeluaran sambil menggendong si kecil. Dia tenang, saya nyaman, pekerjaan lancar!
Majalah Ayahbunda
- Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
- Jika Kamu ingin berdonasi untuk Anak Yatim dan Dhuafa, Silahkan Klik Disini.