jarak sekitar 30 meter. Untuk masuk, pengunjung dikenakan biaya Rp2.5OO per orang. Jika bersama rombongan, tarifnya menjadi Rp1.500 per orang.
Ketika mulai menaiki anak tangga menuju pintu depan rumah, isi benak melayang, membayangkan sejarah dan peristiwa yang telah dialami rumah ini di masa ketika Soekarno diasingkan tahun 1938 hingga 1942.Bangunan fisik aslinya terlihat masih terjaga, meski di sana-sini jejak pemugaran dan penambahan elemen baru begitu kental terasa. Pintu depannya terdiri dari dua pintu besar dan kokoh, seakan-akan dipisahkan antara pintu untuk masuk dan pintu untuk keluar. Seluruh engsel pintu masih asli. Rumah bergaya arsitektur campuran antara corak bangunan Eropa dengan pintu dan langit-langit yang tinggi, ventilasi (kricak) beralur persegi khas China, dan
plafon bermotif garis yang merupakan ciri bangunal lokal menjadikan rumah ini unik. Dimasukkannya elemen Tionghoa pada rumah ini karena menurut sejarah, rumah ini merupakan milik saudagar China bernama Tjang Tjeng Kwat yang disewakan kepada pihak Belanda.
Bengkulu Kebanggaan Sejarah
Seluruh perabot ditata dan disesuaikan dengan situasi aslinya. Kursi rotan dan meja di ruang depan, yang menjadi tempat Soekarno menerima tamu dan berdiskusi merupakan benda asli. Beberapa lemari lama sudah diganti dengan yang baru karena dimangsa lapuk. Sementara tempat tidur dan meja rias bergaya Eropa di bagian belakang rumah adalah benda asli peninggalan Belanda. Buku-buku Soekarno, seluruhnya berjumlah 303 judul tersimpan rapi dalam lemari kayu. “Buku-buku itu tidak boleh disentuh karena khawatir rusak,” kata Surgrahanudin, pegawai honorer Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi, yang juga penjaga rumah ini. Sebagian besar buku tersebut adalah pemberian.
Abdul NIanaf. sahabat dekat Soekarno dalam pengasingan di Bengkulu. Saat menyimak dan menelusuri ruang
demi ruang, terlihat satu sudut yang menarik perhatian sa)ra: sebuah lemari besar berisi pakaian dan perlengkapan untuk pertunjukan toniI (sandiwara). Soekarno memang pecinta seni. Sebagaimana dilakukannya saat diasing-kan di Ende, Ekrres, di Bengkulu pun dia mer.rdirikan perkumpulan sandiwara,vang kemudian di namakannya Toneel Kalimutu. Semua penrainnya adalah laki-laki. Rumah ini menjadi pusat latihannya. Semua lakon yang dipentaskan, seperti Kisah Cinta Putri Seorong Komandon Portugis di Endeh, Rainbow, dan DR. Pengrblis Syairon
diciptakan oleh Soekarno. Soekarno pula yang melatih para pemain. Namun, Soekarno tetaplah sang patriot. Latihan dan pcmentasan dijadikannya jembatan komunikasi dengan kawankawannya, dan menjadikannya senjata ampuh dalan.r nrenjalankan misinva berjuang mcnentirng kolonial Belanda. Banyak tokoh Muhammadiyah di Bengkulu yang dilibatkan dalam sandiwara dengan misi perjuangan.
- Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
- Jika Kamu ingin berdonasi untuk Anak Yatim dan Dhuafa, Silahkan Klik Disini.