Malam Nisfu Syaban merupakan malam yang jatuh pada malam ke 15 pada bulan syaban. Lantas pada malam ini apakah boleh untuk kita berpuasa.? Bagaimana hukumnya berpuasa pada malam Nisfu Syaban.? Berikut penjelasannya.
Malam Nisfu Syaban kerap kali disebut dengan malam pengampunan atau malam maghfirah. Imam Al Gozhali RA menyebutkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat atau pertolongan.
Dalam sebuah hadis, nabi Muhammad SAW bersabda bahwa siapa yang memberitahukan berita datangnya bulan Sya’ban kepada yang lain, maka haram api neraka untuknya.
Pada bulan syaban, Nabi Muhammad melaksanakan puasa sunnah lebih banyak dibandingkan dengan bulan bulan lainnya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim disebutkan, Aisyah tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sunnah di bulan lain sebanyak pada bulan Syaban.
Namun tidak jarang banyak yang bertanya terkait berpuasa di malam Nisfu Syaban. Pasalnya, ada sejumlah hadis yang mengatakan bahwa tidak diperbolehkan untuk berpuasa pada malam tersebut. lantas bagaimana hukum jika berpuasa pada malam Nisfu Syaban.?
Bagaimana Hukum Puasa setelah Malam Nisfu Syaban?
Beberapa ulama sependapat bahwa pada malam Nisfu Syaban kita dilarang untuk berpuasa yang berdasarkan dengan beberapa hadis. Dalam riwayat al-Bukhari, Nabi juga melarang puasa dua atau tiga hari sebelum Ramadan.
Syekh Wahbab al-Zuhaili dalam Fiqhul Islami wa Adillatuhu menjelaskan:
قال الشافعية: يحرم صوم النصف الأخير من شعبان الذي منه يوم الشك، إلا لورد بأن اعتاد صوم الدهر أو صوم يوم وفطر يوم أو صوم يوم معين كالا ثنين فصادف ما بعد النصف أو نذر مستقر في ذمته أو قضاء لنفل أو فرض، أو كفارة، أو وصل صوم ما بعد النصف بما قبله ولو بيوم النص. ودليلهم حديث: إذا انتصف شعبان فلا تصوموا، ولم يأخذبه الحنابلة وغيرهم لضعف الحديث في رأي أحمد
“Ulama mazhab Syafi’i mengatakan, puasa setelah nisfu Sya’ban diharamkan karena termasuk hari syak, kecuali ada sebab tertentu, seperti orang yang sudah terbiasa melakukan puasa dahar, puasa daud, puasa Senin-Kamis, puasa nazar, puasa qadha’, baik wajib maupun sunnah, puasa kafarah, dan melakukan puasa setelah Nisfu Syaban dengan syarat sudah puasa sebelumnya, meskipun satu hari Nisfu Syaban. Dalil mereka adalah hadis, ‘Apabila telah melewati Nisfu Syaban janganlah kalian puasa’. Hadis ini tidak digunakan oleh ulama mazhab Hanbali dan selainnya karena menurut Imam Ahmad dhaif.”
Ulama melarang kita untuk berpuasa pada malam tersebut dikarenakan malam tersebut dianggap hari syak atau ragu, karena sebentar lagi bulan Ramadan tiba. Dikhawatirkan apabila kita berpuasa pada malam tersebut secara tidak sadar kita sudah berada di bulan ramadan.
Meskipun dilarang, ulama dari mazhab Syafi’i pun tetap memperbolehkan puasa sunnah bagi orang yang terbiasa mengerjakannya. Seperti mengerjakan puasa senin dan kamis, puasa ayyamul bidh, puasa nazar, puasa qadha, ataupun orang yang sudah terbiasa mengerjakan puasa dahar.
Sementara menurut ulama lain, khususnya selain mazhab Syafi’i, hadis di atas dianggap lemah dan termasuk hadis munkar, karena ada perawi hadisnya yang bermasalah.
Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari mengatakan:
وقال جمهور العلماء يجوز الصوم تطوعا بعد النصف من شعبان وضعفوا الحديث الوارد فيه وقال أحمد وبن معين إنه منكر
“Mayoritas ulama membolehkan puasa sunnah setelah Nisfu Syaban dan mereka melemahkan hadis larangan puasa setelah Nisfu Syaban. Imam Ahmad dan Ibnu Ma’in mengatakan hadis tersebut munkar”
Dikarenakan adanya perbedaan pendapat pada malam tersebut,maka mereka sepakat bahwa diperbolehkan untuk berpuasa pada malam tersebut bagi mereka yang sudah terbiasa melakukan puasa sunnah, seperti puasa Senin-Kamis, Ayyamul Bidh, puasa daud, puasa dahr, dan lain-lain.
Dibolehkan juga puasa bagi orang yang ingin membayar kafarah, qadha puasa, dan orang yang ingin melanjutkan puasa setelah malam Nisfu Syaban.