Fenomena inilah yang akhir-akhir ini melanda warga lndonesia; tidak mengenal profesi, jenis kelamin, ataupun usia. Semua terkena sihir aneka batu akik. Hampir di setiap pusat belanja, baik tradisional maupun modern [mal-mal] saat ini, mudah menemukan kios batu akik. Malah, di sejumlah permukiman menengah ke atas, yang biasanya menggelar bazar pakaian branded, sekarang ini juga menggelar bazar batu akik.
Pasar memang tidak bisa ditebak. Pendulumnya bisa berubah tanPa kita prediksi secara matematis. Tentu saja, tren batu mulia yang semula hanya diminati segelintir orang- bukan sebatas suka-sukaan lagi, tapi sudah melampaui hobi.
Perputaran bisnis di dalamnya sudah gila-gilaan. Betapa tidak! Nilai sebuah batu akik yang dulu hanya puluhan atau ratusan ribu rupiah, sekarang ini sudah mencapai jutaan hingga miliaran rupiah. Sebuah batu bernama Bacan, misalnya, bisa dihargai 1-2 miliar rupiah. Pun jenis-jenis batu akik termahal lainnya, semisal kalimaya, safir, garut ohen, kecubung, yang sekarang ini digandrungi pembeli, penghobi, maupun kolektor.
Terlebih, saat media digital (media sosial dan toko online) ikut menawarkan dan memperdagangkannya dengan begitu bergairah. Publik kian suka dan larut merayakannya. Saking trennya, mitosmitos seputar khasiat batu pun bersliweran seperti informasi hiburan dan gosip di televisi.
Batu kecubung, misalnya, dipercaya sebagai pembawa keberuntungan. Malah, pada tingkat ekstrem, ada yang mengisi batunya dengan jin-jin yang konon bisa membantu sang pemilik. Na’ udzubillah.
Khusus, bagi kalangan perempuan, batu-batu akik ini banyak yang diladikan perhiasan dengan modifikasi aksesorisnya. Saking cintanya, sebagian kalangan ada yang membeli batu akik ini demi menunjukkan kelas sosialnya.
MusMagz-Muaz
- Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
- Jika Kamu ingin berdonasi untuk Anak Yatim dan Dhuafa, Silahkan Klik Disini.