Idul Fitri adalah saat yang sangat dinanti kaum Muslim di dunia. lnilah hari kemenangan setelah satu bulan penuh menjalankan ibadah puasa. Di hari nan fitri, kemenangan akan terasa afdal saat dinikmati bersama keluarga. Terlebih di lndonesia, ngumpul keluarga besar hingga open house telah menjelma menjadi tradisi turun-temurun. Setahun sekali, para perantau mudik ke kampung halaman.
Meski harus berhadapan dengan kemacetan yang tak juga bisa teratasi, serta mengeluarkan uang lebih banyak untuk transportasi maupun oleh-oleh, pulang kampung tetap menjadi prioritas. Mereka tak ingin melewatkan momen hari raya tanpa keluarga.
Namun, bagi sebagian Sahabat Muslimah yang bekerja di luar negeri, kesempatan berkumpul dengan keluarga saat Lebaran bisa menjadi barang langka, terutama jika menetap.di negara berpenduduk mayoritas non-Muslim. Karena mereka tidak mengenal budaya mudik Lebaran, rutinitas bekerja berjalan normal tanpa pengecualian. Entah bekerja sebagai dokter, perawat, polisi, maupun insinyur, ahli lT, dosen, pegawai restoran, hingga konsultan, tentu harus mengikuti aturan di institusi tempat bekerja.
Berbeda dengan para Muslimah yang mengadu nasib menjadi Tenaga Kerja Wanita terutama sebagai asisten rumah tangga (ART). Kesempatan berlebaran di tanah air kini lebih terbuka. Banyak majikan telah mengenal budaya mudik di lndonesia dan mengizinkan ART mereka pulang untuk merayakan ldul Fitri bersama keluarga.
Being Professional
Saat harus bekerja di hari ldul Fitri dan tidak mendapat izin datang lebih ilang (untuk melaksanakan salat led), nikmati saja setiap detik yang berharga. Jangan menggerutu atau Iangsung menghujat perusahaan melakukan diskriminasi, lantas mengerjakan tugas dengan malas-malasan, menunda pekerjaan, atau bahkan membolos kerja.
lngat kembali tujuan Sahabat Muslimah saat menandatangani kontrak untuk bekerja di negeri orang. Menjalani kehidupan yang berbeda dengan kehidupan di tanah air-misalnya seperti di negara-negara benua Amerika atau Eropa-merupakan salah satu konsekuensi yang harus dijalani. Kita harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan di tempat kita menetap.
Sebagai seorang Muslimah, keberadaan kita di negeri orang harus bisa menjadi contoh teladan. Bagaimanapun juga, eksistensi kita bukan sekadar membawa nama pribadi, melainkan membawa jati diri sebagai umat lslam. Karenanya, kita berkewajiban untuk berdakwah melalui perilaku kita yang santun dan profesional.
Mematuhi aturan perusahaan dan bekerja dengan baik adalah sikap profesional yang harus dimiliki setiap Muslim dan Muslimah. lnilah saat terbaik untuk memanifestasikan akhlak karimah ala Rasulullah saw. ke dalam keseharian kita di tempat bekerja. Diri kita dan perilaku kita adalah dakwah kita.
Jika memang tidak mendapat izin untuk cuti atau datang lebih siang ke kantor pada hari ldul Fitri, mengapa tidak membawa makanan khas Lebaran atau cake untuk disantap bersama rekan-rekan keria di kantor? Teman-teman senang, sekaligus membuka jalan untuk menjelaskan special feeling for special day yang Sahabat Muslimah sedang rasakan.
Maka, ketika harus terpisah jarak puluhan ribu kilometer dari keluarga saat Lebaran, yang harus dilakukan hanyalah bersyukur. Home sick seiatinya menjadi bukti bahwa ikatan batin sebagai anggota keluarga masih mengikat hati Sahabat Muslimah. Rasa kangen yang selalu membuncah adalah perasaan indah yang tak selayaknya padam, terlebih saat menikmati hari kemenangan.
Tak perlu malu menitikkan air mata haru karena teringat sosok ayah, ibu, kakak, adik, paman, bibi, keponakan, serta sahabat-sahabat seiman di tanah air. Bisa jadi, itulah momen terbaik untuk kembali pada fitrah, memaafkan dan meminta maaf untuk kembali fitri.
MusMagz (ovi Shotianur)
- Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
- Jika Kamu ingin berdonasi untuk Anak Yatim dan Dhuafa, Silahkan Klik Disini.