Stres kerja karena suatu hal yang menuntut kita berada di dalam sebuah ruangan, memang tak dapat dimungkiri lagi keberadaannya selama ini. Entah itu dipicu oleh masalah yang muncul di seputar bidang pekerjaan yang sedang kita geluti atau pun masalah yang datang dari luar pekerjaan yang kerap kali mengganggu serta menghambat kesibukan.
Sebagian besar orang, terutama kaum urban yang tinggal di ruang lingkup kehidupan metropolis, mau tak mau harus menghadapi stres kerja setiap harinya. Bahkan, tak jarang dari mereka yang akhirnya mengalami gangguan jiwa akibat stres yang berkepanjangan. Berbahaya!
Selain yang baru saja disebutkan, adakah dampak lain dari stres kerja ini? Lantas bagaimana cara meminimalisasinya?
Dampak Stres Kerja
Stres kerja jika dibiarkan begitu saja tanpa ada tindakan yang nyata dari setiap pribadi bisa mengakibatkan ketidaknyamanan dalam menjalani aktivitas harian secara normal. Juga dapat menimbulkan kemacetan dalam berpikir kreatif dalam rangka tugas kita sebagai pekerja eksekutif yang dituntut aktif dan inovatif.
Jika pikiran seorang pekerja sudah macet, ia tidak akan mampu menghasilkan karya. Kontribusi bagi perusahaannya akan dipertanyakan. Keberadaannya bisa dipastikan akan mendapatkan pandangan negatif dari atasan, rekan kerja, dan bawahan. Jika sudah demikian, bukan lagi kenyamanan yang didapatkan di tempat kerja, melainkan kondisi gerah yang akan menyiksanya.
Selain itu, stres kerja bisa juga berdampak buruk pada anggota keluarga kita yang ada di rumah. Misalnya, ketika pulang kerja, muka kita cemberut, tidak mengucapkan salam atau sekadar menyapa anggota keluarga yang lainnya. Malah, kadang-kadang bawaannya ingin marah-marah saja, mengomel, dan lain sebagainya yang berbau hal-hal negatif.
12 Cara Meminimalisasi Stres Kerja
Berikut beberapa kiat untuk mengantisipasi atau meminimalisasi stres kerja yang patut untuk dicoba.
1. Biasakan mengawali segala sesuatu dengan berdoa.
Tuhan mengajari kita semua untuk meminta pertolongan hanya kepada-Nya. Doa adalah penghubung kita dengan yang Mahakuasa. Segala yang kita mau akan terwujud dengan cara-cara-Nya setelah menjalani ritual ini.
Selain dapat meminimalisasi stres kerja , rajin berdoa juga dapat mengurangi tingkat depresi, kekhawatiran, juga ketakutan yang muncul dari dalam diri. Sebab, dalam doa itu sendiri terdapat harapan juga kepasrahan bahwa hanya Tuhan-lah Pemberi yang terbaik.
2. Menghiasi wajah kita dengan senyuman tulus setiap hari.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa senyum adalah bentuk dari suatu ibadah. Senyum dapat membuat awet muda. Ada juga yang mengatakan bahwa senyum adalah cerminan semangat. Yups! Itu benar. Bahkan, senyum bisa menularkan keceriaan kepada orang-orang di sekitar kita. Bagaimana ruang lingkup kita akan cerah ceria jika kita sangat malas untuk tersenyum. So, smile! Stres kerja ? No way! No play!
Lebih baik memilih tersenyum daripada cemberut. Sebab, tersenyum hanya memerlukan beberapa otot wajah untuk bekerja, sedangkan cemberut memerlukan lebih banyak dari itu. Dengan demikian, wajah yang senantiasa tersenyum akan terlihat santai dan wajah yang cemberut akan menegang sehingga akan menua dengan cepat.
3. Selalu berpikir positif.
Banyak orang yang datang ke kantor dengan membawa setumpuk kemungkinan kegagalan atas apa yang hendak mereka lakukan. Hal semacam inilah yang malah menyusahkan gerak energi positif untuk masuk ke dalam pikiran dan perasaan kita. Dan, stres kerja pun akan muncul dengan mudahnya. Berpikirlah positif agar segalanya berjalan dengan optimal.
4. Melakukan hal kecil yang kita sukai di sela-sela aktivitas.
Sederhana saja, ngemut permen, misalnya. Atau menikmati kudapan ringan yang kita sediakan di laci meja. Asal tidak berlebihan, why not ? Malah ada juga sebagian orang ketika sedang stres justru melampiaskannya pada makanan.
5. Mengurangi tatapan mata pada layar komputer.
Disadari atau tidak, pancaran sinar dari monitor yang terus-terusan mengarah ke mata kita sedikit banyak dapat melamurkan pandangan mata kita sepanjang menggeluti pekerjaan. Akan tetapi, hal itu tidak akan terjadi jika kita rajin mengenyahkan fokus kita menuju monitor tersebut. Alihkan pandangan kurang-lebih 5-10 detik setiap menitnya. Itu sudah cukup untuk mengantisipasi paparan radiasinya. Mata tidak terlalu pegal, kerja pun jadi nyaman. Stres kerja? Nggak, deh !
6. Menggeliatkan atau menggerakkan anggota badan sesekali.
Menggerakkan anggota badan sesekali di sela-sela kerja dapat membuat urat saraf menjadi relaks, tulang-tulang tidak terasa kaku, dan terhindar dari risiko cedera otot. Setelah sekian lama duduk di kursi kerja, berjalan-jalanlah sejenak di ruang kerja. Dengan begitu, badan dan pikiran akan kembali segar seolah mendapatkan kekuatan baru untuk menyelesaikan target kerja.
7. Keluar kantor saat jam istirahat bisa mengurangi kepenatan.
Cara ini akan memberikan suntikan kesegaran tersendiri atas kejenuhan yang mendera selama berada dalam ruangan. Mencoba tempat makan baru, atau sekadar cuci mata di pusat perbelanjaan yang lokasinya dekat dengan tempat kerja dapat menyegarkan pikiran.
8. Berkumpul dengan rekan-rekan kerja yang lucu atau pun humoris.
Sering kali kita tiba-tiba saja ikutan tertawa atas apa yang orang lain obrolkan di sekitar kita. Ini semacam pengikis penat-penat yang menyergap akibat terlalu serius pada saat bekerja. Bercengkeramalah dengan mereka. Tertawa suka ria. Niscaya ketegangan akan sedikit teratasi.
9. Tidak terlalu kenyang pada saat makan siang atau pun sarapan.
Makanlah secukupnya. Perut yang terisi penuh oleh banyak makanan serta minuman dapat membuat kita mengantuk, juga tubuh acap kali terasa lemas dan kurang bersemangat. Kalau sudah begitu, kita pun kurang fokus untuk bekerja. Efeknya, kita akan melakukan banyak kesalahan, dimarahi pimpinan, dan lain sebagainya.
10. Mengingat-ingat rencana menyenangkan yang akan kita lakukan pada akhir pekan atau beberapa bulan ke depan.
Mau piknik dengan keluarga, berlibur ke vila idaman, ke pantai, atau memanjakan diri dengan berbelanja? Semua itu merupakan penyemangat terampuh dalam mengatasi stres kerja Dengan membuat rencana berlibur, hati akan menjadi senang, pikiran tenteram, kerjaan setumpuk apa pun dapat diselesaikan.
11. Memperbanyak minum air putih ketika berada dalam rutinitas kerja.
Biarpun ruangan kita ber-AC sehingga kita jarang berkeringat, namun sejatinya tubuh kita tetap mengeluarkan cairan. Alternatif yang pas untuk menyuplai kembali ion tubuh yang berkurang adalah banyak meminum air putih. Sebab, air putih banyak mengandung mineral penting serta paling cepat diserap tubuh kita. Dengan demikian, stres kerja terhindari. Konsentrasi pun menjadi stabil dan kita pun tidak jadi labil.
12. Mengonsumsi suplemen.
Jika dirasa perlu, tidak ada salahnya kita mengonsumsi suplemen. Apalagi jika sering lembur dan kerja keras untuk mengejar sebuah target. Pilih suplemen berbahan baku alami yang tidak menimbulkan ketergantungan dan atau pun menimbulkan efek samping. Atau, sesuai dengan resep dokter jika kita punya penyakit tertentu atau penyakit kronis yang membahayakan. Dengan memilih suplemen yang tepat, kesehatan pun tidak akan terganggu.
Mengenal Stres Kerja yang Bisa Menyebabkan Konflik
Pernahkah Anda mengalami stres kerja? Menurut Wolf dan Goodel (1968) stres dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor pendorong terjadinya stres. Faktor-faktor pendorong tersebut dikenal dengan istilah stressor. Stressor dapat dibagi tiga, yakni kondisi biologis, kondisi psikologis, dan kondisi sosio-kultural. Faktor-faktor tersebut dapat berdiri sendiri. Bahkan, saling berkolaborasi sehingga mempengaruhi tingkat stres yang dialami oleh seseorang.
Pentingnya Pengetahuan Faktor Stres Kerja
Pengetahuan tentang faktor-faktor stres sangat penting. Pengetahuan tersebut dapat digunakan oleh seseorang untuk belajar dan menghindari kondisi-kondisi yang mendorong timbulnya stres. Selain pengetahuan stres, pengetahuan tentang gejala-gejala stres penting diketahui. Pengetahuan tentang gejala stres dapat dijadikan rambu-rambu peringatan tentang kadar stres seseorang.
Gibson mengemukakan bahwa stres kerja dapat dikonseptualisasikan dari beberapa sudut pandang: stres sebagai stimulus, stres sebagai reaksi, dan stres sebagai stimulus dan respons. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang berfokus pada lingkungan.
Definisi stimulus menganggap stres sebagai kekuatan yang mendorong seseorang untuk merespons stres. Pendekatan ini menganggap stres sebagai akibat dari interaksi antara rangsangan lingkungan dengan respons individu. Pendekatan stimulus-respons mengartikan stres sebagai hasil interaksi antara stimulus lingkungan dan respon individu. Daripada dipandang sebagai stimulus atau respons sederhana, stres dianggap sebagai hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan respons individu.
Luthans, sebaliknya, memandang stres sebagai respons adaptif yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, akibat pengaruh lingkungan, situasi, atau peristiwa yang memberikan terlalu banyak tuntutan psikologis dan fisik pada seseorang. Dapat disimpulkan bahwa stres disebabkan oleh tuntutan lingkungan dan reaksi individu dalam menghadapi stres dapat berbeda-beda. Sejak tuntutan efisiensi di tempat kerja semakin meningkat, masalah stres dalam organisasi bisnis menjadi gejala yang penting untuk dipantau.
Akibat stres ini, orang menjadi gugup dan menderita kecemasan kronis, yang meningkatkan ketegangan emosi, proses berpikir, dan kondisi fisik. Selain itu, akibat stres, karyawan mengalami berbagai gejala stres yang dapat membahayakan atau mengganggu kinerja kerjanya, antara lain: dan kesulitan tidur.
Ketika gejala-gejala tersebut timbul, Anda bisa mendapati sinyal bahwa pada fase ini sedang mengalami stres atau tidak. Lalu, apa saja gejala-gejala stres tersebut? Berikut beberapa gejala stres yang kita pelajari:
Gejala Stres
Menurut Braham, gejala-gejala stres dapat dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, yakni gejala fisik, gejala emosional, gejala intelektual, dan gejala interpersonal. Gejala-gejala tersebut dapat timbul bersama-sama atau berdiri sendiri. Tugas utama kita adalah mengenali dan bereaksi terhadap timbulnya gejala-gejala stres tersebut.
1. Gejala Fisik
Gejala-gejala fisik adalah gejala yang berkaitan dengan kondisi fisiologi dan fisikal seseorang. Gejala-gejala fisik tersebut adalah sakit kepala, sulit buang air besar, gangguan pencernaan, radang usus, urat-urat dan otot di sekitar leher terasa tegang, dan keringat berlebihan.
Selain itu, ketika mengalami insomnia atau sulit tidur, Anda bisa jadi sedang atau akan mengalami stres. Pola tidur yang tak teratur juga dapat menjadi gejala yang penting. Selain sebagai gejala, pola tidur yang tidak teratur menjadi stressor yang cukup baik.
2. Gejala Emosional
Gejala-gejala emosional terkait dengan kondisi psikologis seseorang. Mudah marah, mudah tersinggung, dan hipersensitif, bisa jadi menandakan bahwa Anda sedang terserang stres. Kondisi psikologis atau emosional lainnya yang menjadi tanda bahwa Anda sedang mengalami stres adalah mudah cemas, mudah gelisah, suasana hati tidak menentu, depresi, mudah gugup. Ketika mudah menyerang kawan atau rekan kerja Anda, bisa jadi sebagai salah satu gejala bahwa Anda sedang mengalami stres.
3. Gejala Intelektual
Gejala-gejala intelektual merupakan gejala-gejala yang berhubungan dengan kondisi pikiran manusia. Gejala-gejala yang termasuk ke dalam golongan ini adalah mudah lupa, sulit berkonsentrasi, dan mudah teralihkan pikirannya. Bagi yang terbiasa melamun, jangan biarkan diri Anda melamun berlebihan.
4. Gejala Interpersonal
Gejala-gejala interpersonal merupakan gejala-gejala yang berkaian dengan hubungan manusia. Yang termasuk ke dalam golongan gejala ini adalah mudah menyalahkan orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain, frekuensi interaksi berkurang, dan terkadang tidak mudah percaya pada orang lain walaupun orang tersebut adalah orang yang mudah dipercaya.
Penyebab dan Cara Mengatasi Stres Kerja
Siapa pun pasti pernah mengalami yang namanya stres kerja Sesuatu yang kita kerjakan berulang-ulang dan monoton pasti menimbulkan kebosanan. Nah, kebosanan itulah salah satu faktor yang menyebabkan stres kerja. Itu sebabnya, semua orang yang bekerja dalam bidang apapun dan di mana pun pasti pernah mengalami yang stres.
Stres yang menghalangi seseorang untuk berfungsi secara optimal atau membuat mereka sakit bukan disebabkan oleh satu jenis stresor, melainkan beberapa jenis stresor. Kebanyakan orang sedang bekerja. Oleh karena itu, lingkungan kerja mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan pekerja.
Ada dua jenis faktor yang menyebabkan atau berkontribusi terhadap stres: faktor lingkungan kerja dan faktor pribadi. Faktor lingkungan kerja meliputi namun tidak terbatas pada kondisi fisik, pengelolaan kantor, dan hubungan sosial di lingkungan kerja.
Selanjutnya faktor pribadi dapat mencakup tipe kepribadian, peristiwa dan pengalaman pribadi, serta keadaan sosio-ekonomi keluarga tempat orang tersebut tinggal dan tumbuh. Faktor kedua ini tidak berhubungan langsung dengan kondisi kerja, namun pengaruh pekerjaan begitu kuat sehingga faktor pribadi dapat dianggap sebagai penyebab atau sumber stres. Stres kerja disebabkan oleh beberapa penyebab :
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri sendiri :
- pekerjaan tak sesuai minat dan bakat;
- tidak puas mengenai hasil yang didapat selama bekerja;
- pekerjaan tidak sesuai dengan level; dan
- tidak memiliki keinginan untuk menjadi karyawan. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri sendiri, yaitu:
- tekanan dari atasan;
- persaingan sesama karyawan;
- tekanan dari keluarga;
- lingkungan perusahaan yang tidak kondusif;
- gaji yang tidak sebanding dengan pekerjaan;
- bosan; dan
- pekerjaan yang monoton dan tidak ada variasi.
Pengaruh Stres Kerja Terhadap Produktivitas
Stres tidak dapat dicap sebagai hal yang sepele. Stres bisa berpengaruh kepada produktivitas kerja. Karyawan atau pegawai yang memiliki tingkat stres kerja akut akan mengalami gangguan dalam pekerjaan mereka. Biasanya, mereka cenderung menjadi malas dan tidak produktif. Kerja yang mereka lakukan juga menjadi tidak karuan. Bahkan, pengaruh stres yang berkepanjangan bisa membuat perusahaan menjadi bangkrut.
Tindakan selanjutnya adalah bagaimana cara mengatasi stres kerja agar tidak sampai berlarut-larut dan mempengaruhi produktivitas kita. Pada dasarnya, stres dalam bekerja merupakan hal wajar. Namun, bila kondisi tersebut tidak berubah dan malah semakin parah, ke depannya akan berakibat fatal. Banyak sekali karyawan yang meninggal tiba-tiba karena stres terhadap pekerjaan yang tak bisa diungkapkan. Itu sebabnya stres kerja tidak boleh dibiarkan begitu saja. Stres harus segera diatasi.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres kerja adalah sebagai berikut.
Rekreasi ke tempat-tempat hiburan pada akhir pekan. Rekreasi membuat pikiran kita menjadi lebih rileks. Otot-otot yang tadinya kaku bisa lemas dan urat saraf yang tadinya tegang juga bisa lemas dengan rekreasi. Rekreasi membantu kita untuk mengembalikan stamina yang turun.
Berolah raga. Ketika pikiran sedang menumpuk, ada baiknya bila kita berhenti sejenak dan berolah raga. Olah raga terbukti mampu mengembalikan stamina yang turun serta membuat kita menjadi lebih energik. Ada pepatah yang mengatakan bahwa dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat.
Mengikuti komunitas-komunitas tertentu di luar tempat kerja. Biasanya, kita akan bosan dengan hal-hal yang berbau pekerjaan kita di kantor. Itu sebabnya, kita bisa mengikuti komunitas lain di luar kantor yang bidangnya mungkin saja bisa berbeda dengan yang ada di kantor. Hal tersebut mungkin bisa membuat kita menjadi tidak stres dan bosan.
Bersyukur. Bagaimanapun, bersyukur membuat kita senantiasa tidak mudah marah dan stres. Bersyukur juga berarti menikmati hidup karena bekerja pun dinilai sebagai suatu kenikmatan.
Kurangi stres ketika bekerja saat ini juga dan anggaplah bahwa kerja itu sama dengan rekreasi. Semangat!