You are here:

Aliran Filsafat Pendidikan Dalam Konsep Liberasionalisme

Tujuan Pendidikan

Salah satu Aliran Filsafat Pendidikan adalah filsafat liberasionalisme. Liberasionisme pendidikan didirikan atas landasan sistem kebenaran yang terbuka, namun ia mencakup komitmen tertentu terhadap pola/rangkaian tindakan apapun yang didukung oleh kesepakatan komunitas yang melek informasi serta obyektif di suatu waktu yang pada gilirannya. Ini merupakan puncak orientasi yang berpusat pada problema-problema namun juga meliputi komitmen kiat yang kedua, yakni jawaban-jawaban terbaik yang dibuat oleh kecerdasan terlatih.

Liberasionisme dalam Filsafat Pendidikan

Seperti yang ditulis oleh O’neil (2001), ideologi dasar Liberasionisme dalam Filsafat Pendidikan adalah sebagai berikut:

  1. Tujuan pendidikan secara menyeluruh Tujuan pendidikan paham liberasionisme pendidikan dalam mendorong pembaharuan/perombakan sosial dengan cara memaksimalkan kebebasan personal di sekolah dan dengan mengangkat kondisi-kondisi yang lebih berkemanusiaan dan memanusiakan masyarakat secara luas.
  2. Tujuan sekolah Tujuan sekolah adalah:
  • Membantu siswa siswi dalam mengenali dan juga menanggapi kebutuhan akan pembaharuan sosial yang di perlukan.
  • Menyediakan informasi dan juga ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan oleh siswa siswi agar dapat belajar sendiri secara efektif.
  • Mengajar siswa bagaimana cara menyelesaikan masalah praktis lewat penerapan teknik-teknik penyelesaian masalah secara individual maupun berkelompok yang didasari oleh metoda-metoda ilmiah rasional.

Ciri-Ciri Paham Liberasionalisme

 Ciri-ciri umum paham Liberasionalisme ini adalah sebagai berikut:

  • Pengetahuan merupakan alat yang diperlukan untuk mendatangkan pembaharuan / perombakan sosial yang perlu.
  • Manusia adalah keluaran budaya, yang menemukan pemenuhan dirinya secara utuh di sepanjang jalurnya yang dirumuskan dan dikendalikan oleh sistem sosial yang ada.
  • Analisis dan penilaian terhadap kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik sosial yang ada secara obyektif (ilmiah-rasional)
  • Pendidikan sebagai perwujudan utuh dari setiap potensi yang ada pada diri setiap orang. Sebagai sosok manusia yang berbeda dari manusia yang lainnya.
  • Berpusat pada kondisi-kondisi sosial yang menghalangi perwujudan utuh potensi-potensi individual, menekankan masa depan (yakni perubahan-perubahan atas sistem yang ada sekarang yang diperlukan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih berkemanusiaan.
  • Perubahan-perubahan yang segera dalam ruang lingkup besar, emenkankan pada perubahan-perubahan penting yang akan mempengaruhi hakikat dan pelaksanaan sistem sosial yang mapan.
  • Berdasarkan pada sistem penyelidikan ekperimental yang terbuka (pembuktian pengetahuan secara ilmiah/rasional dan atau pra anggapan yang selaras dengan sistem penyelidikan.
  • Berdiri di atas landasan pra anggapan Marxis atau Neo-Marxis tentang penentuan seluruh kesadaran personal oleh penentu sosio-ekonomis.
  • Baranggapan bahwa wewenang intelektual tertinggi ada pada mereka yang secara akurat memahami konsekuensi-konsekuensi patologis (penyakit) dari kapitalisme masa kini.
  • Asimilasionisme ideologis (pertukaran ideologi) yang diarahkan pada sebuah filosofi sosial objektif (sosialis) serta pluralisme (majemuk) psikologis dan sosial (yang hanya mungkin diraih oleh masyarakat humanistis yang sepenuhnya terwujud dan terstruktur kembali mengikuti jalur-jalur ideologis yang tepat dan bersifat membangun).

Menjelaskan Kembali Filsafat Pendidikan

Kebiasaan debat pemikiran tentang Filsafat pendidikan dikeluarkan oleh banyak guru kepada orang tua siswa, lembaga pendidikan di mana mereka mengajar, atau dalam beberapa kasus, langsung kepada siswa. Kebiasaan debat pemikiran seperti itu pada dasarnya dikeluarkan dalam rangka untuk menentukan tindakan yang mencerahkan siswa dengan memberikan pengetahuan.

Tradisi mengeluarkan debat pemikiran dapat ditelusuri kembali ke zaman Plato, Aristoteles dan Arya Chanakya. Semua guru besar dalam sejarah telah mengikuti tradisi mengeluarkan kebiasaan debat pemikiran tersebut. Tujuan dasar dari kebiasaan debat pemikiran seperti itu sangat sederhana, kebiasaan debat pemikiran akan mengatakan kepada siswa apa yang telah dan akan dipelajari dan apa yang diharapkan dari pelajaran itu sebagai murid. Beberapa guru juga mengikuti filosofi pendidikan yang sangat fleksibel.

Contoh Filsafat pendidikan tak terhitung jumlahnya dan Anda dapat melacak jejaknya pada filsafat konvensional dan tidak konvensional. Yang telah digunakan oleh para guru dan sekolah untuk menyalurkan kekayaan pengetahuan kepada siswa. Filsafat pendidikan bagi guru tidak diragukan lagi salah satu faktor penentu yang paling penting. Yang membantu mereka untuk memberikan apa yang mereka ingin mereka sampaikan kepada murid-murid mereka, dalam ragam aliran.

Ide Untuk Meletakkan Filosofi Diri Sendiri

Berikut adalah beberapa ide yang dapat Anda gunakan untuk meletakkan filosofi Anda sendiri. Dan juga kebiasaan debat pemikiran yang sangat menyenangkan. :

  • Menyadari Kebutuhan Siswa Orbit pengetahuan adalah ikatan yang kuat antara guru dan siswa. Oleh karena itu tugas yang paling penting dari seorang guru ialah untuk mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh siswa siswi nya. Juan Pablo Bonet adalah orang pertama yang menyadari kebutuhan siswa bisu dan tuli. Dia mengembangkan bahasa berdasarkan tanda tangan sederhana dan konvensi yang membantu guru dan siswa tuli dan bisu untuk berkomunikasi satu sama lain.
  • Kesederhanaan dan PengirimanIlmu Setiap siswa, tua atau muda, adalah pemula untuk topik tertentu. Oleh karena itu, kesederhanaan diperlukan untuk membuat proses belajar lebih mencerahkan dan dipahami. Dalam film epik ‘Dead Poets Society’, seorang guru melek huruf membantu siswa untuk menghargai keindahan pemikiran bebas dari cara penulis dan menjadi penyair dengan bantuan percobaan sederhana. Misalnya, berdiri di atas meja guru, untuk mendapatkan tampilan yang berbeda dan lebih baik dari kelas. Percobaan berhasil dan guru mampu menyampaikan cinta bahasa kepada murid-muridnya.
  • Kebebasan dan Persamaan Derajat Filsafat mengandung sampel pendidikan, yang akan berbicara tentang nilai-nilai pendidikan. Saya, sebagai pribadi, selalu percaya bahwa implikasi dari nilai-nilai tersebut membuat siswa menjadi manusia yang lebih baik. Guru saya mengajarkan saya nilai-nilai ini pada usia dini dan lembut dan membantu kami siswa untuk menyadari arti masyarakat dan peradaban. Nilai-nilai tersebut mengajarkan kepada kita perlunya dan pentingnya mencintai dan menghormati sesama manusia.
  • Menghormati dan Disiplin Guru konvensional selalu dipandang sebagai pendisiplin dan guru modern dipandang sebagai liberal. Namun, bidang pengajaran selalu terjebak dalam Renaissance, di mana kebangunan rohani adalah tugas yang guru lakukan setiap hari. Oleh karena itu, guru tidak harus mendisiplinkan kelas untuk pelecehan dan batas-batas harga diri tidak akan pernah terkikis.

The Joy of Creation dan Art of Living

Anda juga akan menemukan beberapa contoh di luar sana yang dapat Anda gunakan. Tapi satu harus ingat satu hal, tanggung jawab seorang guru yang sangat tinggi. Karena mereka telah diberikan dengan tugas membentuk pikiran para anak muda.

Pria dan wanita besok dilahirkan dan pergi ke kuil-kuil pendidiakn, itu adalah tempat di mana pikiran mengambil langkah pertama berpikir. Insinyur membangun penciptaan pertama mereka, penulis dan penyair menulis bait pertama mereka, dokter memberikan resep pertama mereka, itu adalah tempat di mana manusia belajar perbedaan antara benar dan salah, itu adalah tempat di mana peradaban dibentuk melalui filsafat pendidikan yang baik.