You are here:

Contoh Pelanggaran Etika Bisnis Yang Tidak Disadari

contoh pelanggaran etika bisnis

Contoh Pelanggaran Etika Bisnis Yang Tidak Disadari – Berusaha atau berbisnis dengan jujur, memang sudah merupakan barang langka kalau tidak mau dikatakan tidak ada samasekali. Ketika melakukan bisnis selalu orientasinya adalah bagaimana memperoleh keuntungan sebanyak-banyak, dengan mengabaikan etika dalam memperoleh keuntungan tersebut. Dengan demikian kasus pelanggaran etika bisnis pun mengemuka menjadi persoalan hampir di setiap kegiatan bisnis.

Islam telah mengajarkan hal fundamental tentang etika bisnis ini. Misalnya tentang masalah timbangan. Dalam beberapa riwayat dijelaskan bahwa Islam memandang pelanggaran terhadap timbangan adalah masalah dosa yang pertanggung jawabannya tidak semata-mata kepada Allah melainkan harus pula mendapat keikhlasan dari manusia atau pembeli. Demikian pula dalam hal menyebutkan kualitas barang, Islam melarang mencampur barang bagus dan barang jelek, kemudian dikatakan sebagai barang bagus. Sebenarnya banyak hal yang sangat ditekankan dalam Islam ketika akan memulai sebuah perniagaan.

Kegiatan Bisnis Berhubungan dengan Orang Lain

Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan kasus yang dianggap wajar pada masa kini. Mungkin, kita tidak sadar bahwa hampir semua kegiatan bisnis melanggar etika. Contoh Pelanggaran Etika Bisnis yaitu bila kita melihat iklan produk di televisi. Antara produk satu dengan yang lain saling menjelek-jelekkan dan mengatakan bahwa produk merekalah yang paling bagus. Bahkan terkadang, kita sering menemui beberapa iklan yang menyindir produk lain. Padahal jelas-jelas upaya seperti ini merupakan cara yang tidak fair untuk menjatuhkan pesaing.

Kegiatan bisnis seharusnya disertai etika yang bagus. Mengapa? Tentu saja karena bisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, supplier , distributor, dan pelanggan atau konsumen. Bisnis sama seperti bergaul dengan masyarakat luas yang harus memiliki etika. Ketika bergaul dengan masyarakat, bolehkah kita menyinggung perasaan mereka? Bolehkah kita menjelek-jelekkan tetangga di depan orang lain? Jawabannya, tentu saja tidak. Tak pantas bagi kita untuk melanggar etika dalam masyarakat yang tidak tertulis tersebut. Tapi anehnya semua itu dilanggar dalam berbisnis dan pelanggaran itu kemudian dianggap sebagai hal biasa karena terlalu seringnya kejadian itu berlangsung.

Bahkan kasus pelanggaran etika bisnis jelas-jelas dilakukan dengan sadar dan ketika diperingatkan dengan enteng mengatakan ‘tidak akan dapat untung kalau tidak seperti itu’ atau dengan kata-kata ‘namanya dagang, perlu mendapat keuntungan’. Padahal sebenarnya mencari keuntungan tidak harus dengan mengabaikan etika. Artinya ketika seorang pebisnis melakukan etika dengan baik dan benar, akan tetap memperoleh peluang mendapatkan keuntungan.

Alasan Pentingnya Etika Dalam Berbisnis

Sama halnya dengan berbisnis, etika bisnis merupakan hal yang wajib dimiliki dan dilakukan bila kita ingin menjadi seorang pebisnis baik. Tak ada istilah “menghalalkan segala cara” untuk mencapai apa yang diinginkan. Sayangnya, hal-hal tersebut rupanya sudah tidak dimiliki lagi oleh banyak pebisnis. Padahal antara pebisnis yang menghalalkan cara dengan pebisnis yang menjaga etika, pada akhirnya dalam hal memperoleh keuntungan tidak jauh berbeda. Bahkan bila disadari dengan seksama, ketika berbisnis menjaga etika yang baik dan benar, sesungguhnya ia sedang berinvestasi yaitu sedang membangun suatu kepercayaan. Tentu saja keuntungannya tidak secara langsung sekarang melainkan dalam waktu yang akan datang. Dan masalah kepercayaan ini sebenarnya hal yang mahal, sehingga ketika bisa dijaga dan dipertahankan, keuntungan dengan sendirinya akan datang terus-menerus selama bisa menjaga kepercayaan tersebut.

Salah Satu Faktor Menjalankan Bisnis Yang Tidak Beretika

Banyaknya pesaing membuat mereka melakukan cara-cara yang dianggap tidak beretika, misalnya menjelek-jelekkan produk pesaing dengan gamblang, menyindir dan menghina pesaing dalam iklan meski dengan bahasa halus, mendatangi dukun untuk menjatuhkan rival (biasanya hal ini dilakukan oleh pebisnis yang masih mempercayai hal-hal bersifat klenik), pasang susuk untuk melariskan dagangannya, menjual “cewek cantik” agar pelanggan tertarik untuk membeli, dan trik-trik bisnis lain. Padahal dengan cara seperti, mereka sedang mempertaruhkan sebuah nama baik, apakah itu nama baik pribadi maupun nama baik korporasi.

Dengan cara menghalalkan segala cara seperti itu, mereka memang akan mendapat keuntungan dengan segera, tapi pada akhirnya akan terlena dan melupakan hal yang pokok yaitu bagaimana meningkatkan kualitas produk. Sehingga ketika produk pesaing makin bagus, maka ia hanya akan menjelek-jelekkan produk pesaing tanpa ia sendiri memperbaiki produknya sendiri. Waktunya terlalu habis untuk menjelek-jelekkan produk pesaing, sehingga lupa dengan produknya sendiri.

Bila pola pikir seperti itu terus dipertahankan, pada akhirnya ia akan benar-benar kehilangan produknya sehingga tak ada lagi yang bisa dijual karena masyarakat dan konsumen terlalu percaya kepada produk pesaing dan meninggalkan produk anda sendiri karena tidak pernah melakukan perbaikan apapun.

Bersaing Secara Sehat

Beberapa alasan yang membuat para pebisnis melakukan tindakan-tindakan tidak benar, di antaranya sebagai berikut.

Kompetitor

Banyaknya kompetitor dengan wajah baru yang lebih “segar”. Padahal sebenarnya banyaknya produk atau banyaknya kompetitor merupakan ajang untuk meningkatkan kualitas produk sendiri. Adanya pesaing adalah cermin untuk menilai sebagus apa produk kita sehingga bisa memenangkan persaingan. Kalau memang produknya belum bisa bersaing, bukan menghalalkan segala cara dengan menjelek-jelekkan produk kompetitor, melainkan bagaimana caranya meningkatkan kualitas produk sendiri.

Ingin menambah pangsa pasar

Menambah pasar bukan berarti merebut pasar orang lain dengan cara yang tidak baik. Kalau memang mau menambah pangsa pasar, pelajari bagaimana pasar yang akan dimasuki, bagaimana produknya dan ada siapa pesaingnya. Pelajari sudah seberapa jauh pesaing kita melangkah dan menata produknya. Tanpa menjelek-jelekkan produk pesaing, kita tetap akan memenangkan persaingan dan menambah pangsa pasar, bila produk kita sendiri memang pantas bermain di pasar tersebut dan pantas menjadi pemenang.

Ingin merajai pasar

Untuk menjadi raja tidak selamanya dengan cara membunuh raja lain atau menghancurkan raja lain. Kita tetap bisa menjadi raja setelah kita berperilaku seperti raja, sehingga layak menjadi raja. Pada akhirnya wilayah itu sendiri yang akan terbagi tanpa harus kita bagi, dan kita akan menjadi raja di salah satu wilayah itu. Bukankah dengan cara seperti itu kita lebih elegan dalam hal memenangkan persaingan ?

Di antara ketiga faktor tersebut, yang memiliki pengaruh paling kuat adalah faktor pertama. Sama halnya ketika seorang wanita menjelek-jelekkan wanita lain di hadapan orang tertentu. Apa tujuannya? Sebenarnya, wanita yang menjelek-jelekkan tersebut merasa iri dan kalah bersaing dengan wanita yang dijelek-jelekkan atau dia merasa bahwa wanita yang dijelek-jelekkan tersebut merupakan saingan berat. Untuk merusak namanya, dilakukan tindakan jahat tersebut. Padahal ketika masyarakat bisa menilai, pada akhirnya ia sendiri yang akan rusak dan kehilangan kepercayaan.

Sama halnya dengan berbisnis, setiap hari, banyak sekali pendatang baru yang muncul dengan membawa beragam inovasi dan produk unik. Untuk mempertahankan agar produk perusahaan tetap menjadi yang utama, dibuatlah iklan-iklan berupa sindiran terhadap produk lain sejenis. Sindiran bisa berupa sindiran halus maupun kasar. Akibatnya, konsumen cenderung bingung dan malah mencibir, “Kok, seperti ini?”

Tentu kita kenal dengan istilah, “Bersainglah secara sehat!” Ya. Begitupun, dalam berbisnis. Bersainglah secara sehat tanpa harus menjelek-jelekkan pebisnis lain. Sesuatu yang baik harus diawali dengan hal yang baik pula.