profil ustadz zacky mirza-Kepada Musmagz yang menemuinya di bilangan Kuningan, Jakarta, Ustadz Zacky pun bercerita tentang pengalamannya sebagai pendakwah.
Lulus kuliah 51 di Mesir tahun 2003, Teman-teman banyak yang sudah memimpin pesantren, menulis buku, dan sebagainya. tapi, saya nggak memilih itu.
Ketika orang balik ke pesantren, saya jadi finansial advisor di sebuah perusahaan asuransi selama setahun. Cemooh dari keluarga mah ada ya. Jauh-jauh ke Mesir, ngapain cuma jadi sales asuransi.
Tapi saya tetap menjalani profesi tersebut hingga salah satu nasabah mempercayai saya untuk mengajar privat ngaji dan belajar bahasa Arab untuk anak-anaknya.
Saya lalu bekerja di usaha travel haji umrah milik nasabah itu. Saya lalu bekerja di Saudi Airlines, Jeddah untuk mengurus kasus-kasus jamaah di bandara, seperti paspor ketinggalan dan sebagainya selama 6 bulan. Kemudian, saya lanjut bekerja di Soekarno Hatta.
Pada 2005, saya mengikuti ajang pencarian ustadz atas desakan ibu saya. Alhamdulillah, Iolos dari audisi sampai masuk lima besar. Alhamdulillah, semua cita-cita saya kerja terwuiud dengan jadi ustadz. Ternyata, bakti sama orangtua itu dahsyat walaupun pahit di awal. Kalau kita sabar dan ulet, itu kunci awal untuk meraih berkah. Menurut saya, klimaks hidup bukan sukses. Sukses itu pintu awal, tapi yang jauh lebih dahsyat dari sukses itu berkah. Jadi, kesuksesan seiati itu ketika hidup kita berkah.
Artinya Ustaz merasa bahwa inilah jalan hidup Ustadz ke depannya?
Hidup mati saya akan di sini. Saya berpikir harus ada dakwahtaiment. Jadi, dakwah tetap harus mewarnai dunia entertainment. Sudah saatnya ustadz muda tahu kaidah entertainment. Ke depannya, saya ingin membuat pelatihan da’ itainment sebagai penerus tongkat dakwah di dunia entertainment.
Seorang ustadz juga tak berafii lepas dari risiko. Belakangan muncul kasus yang menyeret pendakwah mulai dari isu honor dan kasus lainnya. Bagaimana Ustaz Zacky melihat fenomena tersebut?
Di satu sisi, memang ada anugerahnya dan di satu sisi ada musibahnya. Maka, jangan pernah lupa diri. Jangan pernah merasa. Penyakit bahaya itu kalau sudah merasa. Kalaupun ada masalah honor, kenapa nggak bisa diselesaikan secara baik-baik sebagai saudara. Bukankah semua masalah ada win-win solution? Tinggal bagaimana komunikasinya supaya efektif .
Kalaupun ada sahabat ustaz kasus ini-iiu yang membuat image tidak baik, saya jadi merasa tertuntut untuk lebih mawas diri dan belajar lagi. Bagaimanapun, yang bermasalah itu sahabat kita semua. Jadi, kita jangan memperburuk lmage-nya. Soal honor memang agak riskan, tapi saya rasa semua bisa kita komunikasikan dengan baik..
MusMagz-lndah Cahya profil ustadz zacky mirza