You are here:

Tantangan Bagi Kompetisi Profesional Indonesia

Profesional Indonesia

Tantangan Bagi Kompetisi Profesional Indonesia – Berbagai upaya telah dilakukan oleh Badan Futsal Nasional (BFN) Indonesia untuk semakin memajukan futsal di Indonesia. Banyaknya bakat-bakat pemain futsal yang terpendam harus digali terus. Menggelar kompetisi futsal berskala nasional adalah sedikit upaya tanpa kenal lelah memasyarakatkan futsal. Agenda futsal 2009 yang berhasil diwujudkan adalah memutar roda kompetisi Liga Futsal Indonesia (LFI) 2009. Hingga kini Indonesia telah mencoba mengikuti berbagai ajang turnamen futsal internasional.

Liga Futsal Indonesia

Futsal 2009 merupakan ajang memfasilitasi anak-anak bangsa yang senang bermain bola. LFI 2009 merupakan edisi ketiga sejak pertama kali digulirkan pada tahun 2006/2007. Penyelenggaraan kompetisi futsal profesional satu-satunya di Indonesia tengah memasuki masa-masa menyulitkan. Tantangan yang tidak mudah mengingat kompetisi kali ini diwarnai agenda politik dalam negeri hingga jumlah peserta tim yang tidak sesuai target. Perlu dimaklumi bahwa bagaimanapun pertandingan sepakbola masih jauh lebih menarik daripada pertandinagn futsal.

Walaupun irama permainan dan teknik hampir sama, futsal masih tergolong olahraga baru di dunia apalagi di Indonesia. Menjamurnya tempat bermain futsal dan semakin banyak yang tertarik terjun di arena permainan satu ini, masih belum bisa mengalahkan kharisma sepakbola yang sudah begitu mendunia. Sepakbola yang juga telah menjadi olahraga terpopuler di dunia ini telah menjadi satu industri yang sangat besar. Tidak heran kalau dan alebih banyak bergulir ke sepakbola.

Walau demikian, dengan adanya satu lembaga resmi yang memawahi futsal secara profesional dan secara kelembagaan, diharapkan tim nasional futsal Indonesia bisa berbicara banyak di ajang internasional. Kini pertandingan futsal tingkat dunia sedang diselenggarakan di Thailand. Indonesia memang belum bisa berbicara lantang di luar negeri. Namun, semangat memajukan futsal ini tiada kendur. Berbagai banyak turnamen pencarian bibit pemain futsal teruslah dilakukan.

Perbedaan

Misalnya, pertandingan futsal tingkat sekolah dasar dan pertandingan futsal dalam lingkungan sekolah. Futsal yang dimainkan oleh separuh pemain sepakbola ini memang agak berbeda dengan sepakbola itu sendiri. Permainan yang diadalah di dalam ruangan tertutup membuat olahraga satu ini bisa dilakukan kapan pun. Tidak hanya disiang hari atau dimalam hari, olahraga satu ini pun tidak mengenal cuaca. Dalam keadaan hujan pun bisa dilakukan.

Berbeda dengan sepakbola yang dimainkan di tanah lapang. Kalau penerangan berkurang, maka pertandingan harus dihentikan. Begitupun kalau hujan dengan guruh dan kilat yang menyambar. Pertandingan harus segera dihentikan karena akan sangat berbahaya kalau diteruskan. Kemungkinan disambar kilat sangat besar. Tanah lapang adalah salah satu tempat yang harus dihindari ketik ahujan lebat disertai dengan kilat.

Sebaliknya, karena berada dalam lapangan, para penonton pertandingan futsal tentunya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penonton pada pertandingan sepakbola. Futsal memang menarik. Tetapi sepakbola terlihat jauh menarik. Belum ada pemain futsal yang bisa mengalahkan ketermasyuran pemain sepakbola. Belum ada juga pertandingan futsal yang diulas setiap hari di berbagai media berita maupun dunia pertemanan di jejaring sosial.

Paling banyak futsal masih diperbincangkan pada kalangan tertentu. Walaupun popularitasnya semakin naik, para pemberi sponsor tampaknya masih enggan mengambil keuntungan dari permainan futsal. Penjualan kostum dan pernak-pernik yang menyangkut fusal juga telah banyak dan mudah ditemukan di pasaran di seluruh Indonesia, namun, pihak pemerintah sendiri tampaknya belum mau begitu seriusnya menggarap olahraga satu ini. Mungkin nanti ketika prestasi dari tim futsal menjadi semakin baik, sponsor akan datang dengan sendirinya.

Bagaimanapun para sponsor tidak mau merugi. Mereka ingin kerja sama memang saling menguntungkan. Tidak mungkin mereka akan menyalurkan dana yang penggunaannya tidak jelas dan tidak akan memberikan keuntungan apa-apa kepada perusahaan mereka. Inilah mengapa masih banyak kelompok futsal terdiri diri individu-individu yang memang senang bermain futsal. Dana pribadi mengucur tiada henti semi hobi yang ditekuni.

Pengaruh Politik

Politik dan olah raga adalah dua hal yang sangat berbeda dan tidak memiliki hubungan langsung di antara keduanya. Bahkan orang-orang yang berkecimpung didalam futsal juga sepakat kedua hal ini tidak boleh saling menunggangi. Namun situasi politik karena adanya Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden sedikit banyak mempengaruhi jadwal LFI 2009. Mau tidak mau isu keamanan ketika begitu banyak orang yang berkumpul pada satu tempat, seolah menjadi sesuatu yang masuk akal agar penyelenggaraan ditunda.

Selain itu, tantangan lainnya datang tetapi tidak cukup menyurutkan semangat LFI 2009 tetap bergulir. Jumlah peserta yang mendaftar ternyata tidak memenuhi harapan awal sebanyak 10 tim. Akhirnya 6 tim asal Jakarta dan 2 tim asal Papua menjadi peserta bertanding dalam empat seri dan bersaing meraih tiket babak final four. Masih menjadi permasalahan yang klasik bahwa sebenarnya futsal ini masih dianggap sebagai permainan pengisi waktu luang.

Tidak adanya pelatihan

Tidak mengherankan kalau kualitas pemain juga masih sebatas kualitas amatiran. Dengan tidak adanya pelatihan dan kamp khusus membidik dan mendidik serta melatih pemain futsal secara profesional, adalah salah satu hal yang membuat data dan dana bagi pemain futsal profesional sulit dicari. Kalau saja ingin serius seprti sepakbola, futsal tidak bola lagi dianggap sebagai satu hobi saja. Harus ada pembibitan secara khusus dan dengan teknologi olahraga yang mumpuni.

Dana untuk pelatihan ini pasti mahal sekali. Namun, pengorbanan memang harus dilakukan bial ingin melihat bendera merah putih berkibar baik di tanah air maupun di luar negeri ketika atlit Indonesia memenangkan pertandingan. Keinginan ini sejalan dengan pemikirian pemerintah yang ingin mencetak para olahragawan yang hebat dan dapat berprestasi di tingkat dunia. Latihan yang intensif sangat dibutuhkan. Begitu juga dnegan kamp khusus bermain futsal yang dilengkapi dengan kehadiran seorang pelatih.

Anak-anak Indonesia yang hebat ini tentu sanggup bermain futsal yang waktunya pun tidak selama permainan sepakbola. Anak-anak juga tidak harus takut tubunya gosong karena bermain di bawah terik matahari. Tempat bermain futsal itu di dalam ruangan sehingga sinar matahari tidak akan membakar kulit.

Peserta LFI sebelumnya yang masih menunjukkan eksistensinya adalah Electric PLN V-Sport (asal Jakarta), Pelindo II (Jakarta), SWAP FC (Jakarta), Biang Bola (Jakarta), dan Dupiad Fak Fak (Papua). Ditambah tiga tim debutan yang berpartisipasi adalah Jaya Kencana (Jakarta), Hanggar IBM (Jakarta), dan Mutiara Hitam (Papua). Hasil kompetisi menunjukkan bahwa LFI masih didominasi oleh klub yang sudah berpengalaman seperti Electric PLN V-Sport dan Biang Bola.

Inspirasi Electric PLN V-Sport

Partai final Liga Futsal Indonesia 2009 mempertemukan Electric PLN V-Sport dengan lawan yang sama pada final tahun lalu, Biang Bola. Skor akhir pertandingan 4-2 sudah cukup membawa Electric PLN menjadi penguasa untuk kedua kalinya. Gelar Electric PLN V-Sport mengukuhkan tim ini sebagai tim pertama yang mampu mempertahankan gelar juaranya dua kali berturut-turut.

Gelar juara Electric PLN V-Sport membuktikan kebijakan yang ditempuh tim dengan memberikan kepercayaan pada pemain muda tidak menjadi blunder. Setidaknya sebesar 70 persen komposisi tim futsal 2009 mengalami perubahan dari susunan tim yang menjuarai LFI 2008. Prestasi membanggakan lainnya diperoleh dua pemain Electric PLN V-Sport yaitu Topas Pamungkas sebagai Pemain Terbaik LFI 2009 sedangkan Ade Lesmana dinobatkan sebagai kiper terbaik LFI 2009.

Kinerja seluruh elemen tim futsal Electric PLN V-Sport patut mendapatkan apresiasi yang tinggi selama mengikuti LFI 2009. Keberanian melakukan perombakan didalam tubuh tim tidak lantas membuat kekuatan tim melemah. Hal ini tidak terlepas dari sistem regenerasi yang berkesinambungan sejak tahun sebelumnya.

Regenerasi dilakukan melalui proses perekrutan bibit-bibit secara cermat ke beberapa kota besar seperti Bandung dan Surabaya. Seleksi ketat dilakukan untuk memperoleh bakat-bakat yang belum terasah selanjutnya memberikan kesempatan tampil di level nasional. Sungguh langkah yang tergolong berani karena banyak tim LFI dibangun secara instan dibanding membentuk tim sendiri.

Harapannya Electric PLN V-Sport dapat menjadi inspirasi bagi tim lainnya. Keberhasilan mengantarkan dua pemainnya masuk susunan tim nasional futsal 2009 yaitu Ali Haidar dan Choirul Saleh adalah sumbangan berharga bagi tim nasional futsal. Kelangsungan tim nasional futsal Indonesia sangat dipengaruhi oleh klub-klub peserta LFI yang rajin menelurkan pemain berbakat. Hasil kompetisi yang berkualitas akan meningkatkan level permainan pemain sehingga memperkokoh pondasi tim nasional di masa mendatang. Bila tim futsal Indonesia bisa berbicar adi luar negeri, tentunya hal ini akan menjadi salah satu kebanggaan bangsa.